Materi Ceramah: Halal Bi Halal dan Bersyukur Mempunyai Keluarga Besar
Bersyukur Memiliki Keluarga Besar untuk Mengenang Jasa Para Leluhur
Mari kita bersyukur atas lezat Allah berupa “mempunyai keluarga besar” ini. Karena diantara kenikmatan atau tambahan hidup di dunia yaitu memiliki harta dan anak turun atau keluarga.
Allah berfirman :
الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلا
Harta dan anak-anak yaitu pelengkap kehidupan dunia namun amalan-amalan yang baka lagi saleh yakni lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi cita-cita.
Gus Baha' dalam salah satu ngajinya menerangkan, termasuk rasa bangga memiliki nasab atau keturunan yang baik juga diperbolehkan dalam islam, dengan tujuan untuk memuliakan leluhur kita, berterimakasih serta menjauhi sifat-sifat tercela (karna dari keturunan yang baik).
Seperti para habaib yang senantiasa menjunjung tinggi Nasab dari Rasulullah atau mirip halnya putra para kyai yang mempertahankan nama baik ayah-ayahnya.
Imam Syafii juga menerangkan fadhilah memiliki nasab, beliau berkata: للتشرف والتجنب عن مدائن الاخلاق
Littasyarruf wattajannub an madainil Akhlak.
Allah SWT dalam menceritakan cerita-dongeng para Nabi juga senantiasa memulai dengan menyebut identitas leluhur. Dalam ayat Quran biasa kita temui lafadh Ya Bani Adama, Ya Bani Isroila (Keturunan Nabi Ya’qub).
Maka hal tersebut juga menjadi alasan untuk kita menjaga dan menjaga silsilah, supaya anak turun kita nanti tidak lupa kepada para leluhurnya.
Lalu bagaimana cara kita bersyukur mempunyai keluarga besar, diantaranya:
Menjalin Silaturahim dan jangan hingga memutusnya
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan ditangguhkan ajalnya (dipanjangkan umurnya), hendaklah ia bersilaturahim.
Pemutus tali silaturahim tidak hanya dicap sebagai perusak di paras bumi, lebih dari itu beliau juga mendapatkan kutukan Tuhan dan tak pelak lagi akan jauh dari surga-Nya, sebagaimana Baginda Rasul SAW bersabda:
لا يدخل الجنة قاطع رحم
” Tak akan masuk nirwana pemutus tali silaturahim”.(HR. Bukhari dan Muslim).
2. Saling memaafkan bila ada kesalahan
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَاَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِيْنَ
Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang ndeso.
3. Mendoakan saat jauh
Dari Abu Bakar Ash Shidiq radhiyallahu ‘anhu, dia berkata:
“إن دعوة الأخ في الله تستجاب”
“Sesungguhnya do’a seseorang terhadap saudaranya alasannya adalah Allah yaitu do’a yang mustajab (terkabulkan).“ (Shohih secara sanad)
Ummu Darda’ mengatakan: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
إن دعوة المرء المسلم مستجابة لأخيه بظهر الغيب، عند رأسه ملك موكل، كلما دعا لأخيه بخير، قال: آمين، ولك بمثل”. قال: فلقيت أبا الدرداء في السوق، فقال مثل ذلك، يأثر عن النبي صلى الله عليه وسلم.
"Sesungguhnya do’a seorang muslim kepada saudaranya di ketika saudaranya tidak mengetahuinya ialah doa’a yang mustajab (terkabulkan). Di segi orang yang hendak mendo’akan saudaranya ini ada malaikat yang bertugas mengaminkan do’anya. Tatkala dia mendo’akan saudaranya dengan kebaikan, malaikat tersebut akan berkata: Amin. Engkau akan menerima semisal dengan saudaramu tadi.”
4. Menolong keluarga yang masih lemah
5. Menjaga nama baik keluarga
6. Menjadikan fasilitas ibadah dan ketaatan
Arti, Perintah Halal Halal dan Fadhilahnya
Halal Bi Halal ialah tradisi nusantara yang dicontohkan oleh para Ulama dan tokoh-tokoh kita terdahulu. Halal Bi Halal tidak sekedar berkunjung sana sini untuk berpesta ria menikmati hidangan Idul Fitri saja, Melainkan dalam Idul Fitri ini Halal Bi Halal ialah momen yang sangat sempurna bagi kita untuk saling memafkan dan menghalalkan atas kesalahan yang telah diperbuat.
Halal Bi Halal menjadi perintah agama dalam musyaroh kita terhadap sesama muslim. Ada satu hadis yang sungguh jelas bahwa Nabi SAW memerintahkan kita semua untuk ber halal bi halal. Berikut dalil Hadis Halal Bi Halal:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ الْيَوْمَ قَبْلَ أَنْ لَا يَكُونَ دِينَارٌ وَلَا دِرْهَمٌ إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ رواه البخاري.
Dari Abu Hurairah r.a., dia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Siapa yang mempunyai tanggungan kepada saudaranya baik berbentukharta benda atau sesuatu yang lainnya, maka mintalah halal darinya hari ini juga, sebelum dinar dan dirham tidak berlaku lagi, jika tidak maka ketahuilah bahwa orang yang punya tanggungan pada orang dan belum teratasi di dunia, maka di hari hisab kebaikannya diberikan pada orang yang didzalimi di dunia, jikalau amal baiknya habis, maka amal buruk orang yang didzaliminya dilimpahkan padanya. HR. Al-Bukhari.
Dari hadis di atas, mampu kita ambil pelajaran selaku berikut:
- Hendaknya kita minta halal atas hutang dan tanggungah sekecil apapun.
- Saat seseorang mengaiaya orang lain, maka kebaikan yang dimiliki akan beralih pada orang lain tersebut di darul baka bila beliau belum memintakan maaf.
Maka dengan momen Idul Fitri ini sudah sebaiknya kita juga membersihkan diri dari kesalahan-kesalahan terhadap sesama, sekecil apapun dan sepahit apapun. Karena hakikatnya kehidupan di dunia ini adalah antisipasi untuk darul baka.
Posting Komentar untuk " Materi Ceramah: Halal Bi Halal dan Bersyukur Mempunyai Keluarga Besar "