Puasa Asyura: Sejarah, Keutamaan Dan Amalan Lain Di Dalamnya
PUASA ASYURA: SEJARAH, KEUTAMAAN DAN AMALAN LAIN DI DALAMNYA |
Puasa Asyura: Sejarah, Keutamaan Dan Amalan Lain Di Dalamnya
Bulan Muharram termasuk dalam bulan-bulan yang haram (yang dimulyakan) Allah memiliki satu hari, yang merupakan hari mulia dalam Islam. Hari itu adalah hari Asyura. Banyak kejadian, hal-hal penting, yang berhubungan dengan bulan ini. Karana itu kita disunnahkan untuk memperbanyak amal baik di hari tersebut, salah satunya adalah puasa. Berikut ulasan lengkap tentang puasa di hari asyura:
Hari Asyura Adalah ...
Hari Asyura’ adalah hari kesepuluh pada bulan Muharram (berasal dari kata ‘asyr yang berarti sepuluh). Dalam sebuah hadits shahih dikatakan, pada hari itu dahulu Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuhnya. Sebagian masyarakat Jawa menyebut bulan Muharram dengan nama bulan ‘Suro’ dengan mengambil nama hari penting pada bulan Muharrram tersebut: Asyura’.
Bulan Muharram adalah satu di antara empat bulan mulia yakni Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Pada masa Rasulullah ﷺ, peperangan pun harus dihentikan demi menghormati bulan-bulan itu, termasuk Muharram. Barangsiapa yang melakukan kebaikan pada bulan-bulan tersebut, pahalanya akan dilipatgandakan oleh Allah subhanahu wata’ala, dan sebaliknya, perilaku maksiat pada bulan-bulan itu, siksanya juga dilipatgandakan.
وَمَعْنَى الْحُرُمِ: أَنَّ الْمَعْصِيَةَ فِيهَا أَشَدُّ عِقَابًا، وَالطَّاعَةَ فِيهَا أَكْثَرُ ثَوَابًا،
Artinya: “Yang dimaksudkan dengan bulan-bulan yang dimuliakan di sini, sesungguhnya maksiat dalam bulan ini siksanya lebih berat, dan menjalankan ketaatan di dalam bulan ini pahalanya dilipatgandakan” (Fakhruddin ar-Razi, Tafsir Ar-Râzi, [Daru Ihya’ at-Turats al-Arabiy: Beirut, 1420 H], juz 16, halaman 14).
Peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada hari Asyura
Berikut 20 peristiwa penting yang terjadi pada hari Asyura, 10 Muharram:
- Diciptakannya Nabi Adam ‘alaihissalam di surga.
- Diterimanya taubat Nabi Adam ‘alaihissalam
- Naik dan sejajarnya perahu Nabi Nuh ‘alaihissalam dengan bukit Judi setelah banjir besar, serta turunnya ke muka bumi setelah banjir bandang.
- Dikeluarkannya Nabi Yunus ‘alaihissalam dari perut ikan paus.
- Diterimanya taubat umat Nabi Yunus ‘alaihissalam
- Dilahirkannya Nabi Ibrahim ‘alaihissalam
- Selamatnya Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dari api yang membakarnya oleh Raja Namrud.
- Dikeluarkannya Nabi Yusuf ‘alaihissalam dari sumur setelah diceburkan saudara-saudaranya.
- Dipertemukannya Nabi Yusuf ‘alaihissalam dengan keluarganya kembali.
- Disembuhkannya penglihatan Nabi Ya’qub ‘alaihissalam
- Dibukanya (dihilangkan) ‘madlorot’ yang mendera Nabi Ayyub ‘alaihissalam
- Diampuninya Nabi Daud ‘alaihissalam
- Terbelahnya laut merah untuk Nabi Musa ‘alaihissalam setelah dikejar Fir’aun.
- Tenggelamnya Fir’aun di dasar laut merah saat mengejar Nabi Musa ‘alaihissalam
- Dilahirkannya Nabi Isa ‘alaihissalam
- Diangkatnya Nabi Isa ‘alaihissalam ke langit.
- Dibolak-balikannya tubuh ashabul Kahfi (para pemuda Bani Israil yang bersembunyi di dalam gua).
- Diciptakannya ruh Nabi Muhammad ﷺ
- Dikandungnya Nabi Muhammad ﷺ di rahim Ibunda Aminah radliyallahu 'anha
- Wafatnya (syahid) cucu Nabi Muhammad ﷺ Sayyiduna Husein radliyallahu 'anh
Sejarah Puasa di Hari Asyura
Setelah hijrah dari Makkah ke Madinah, Nabi Muhammad ﷺ mendapati kaum Yahudi sedang berpuasa pada hari Asyura, maka beliau memerintahkan para sahabat untuk berpuasa Asyura.
Dari sahabat Abdullah bin Abbas radliyallahu 'anh beliau berkata: “Tatkala Nabi Muhammad ﷺ datang ke kota Madinah, beliau mendapati kaum Yahudi sedang berpuasa di hari Asyura, lantas beliau bersabda kepada mereka, 'Hari apa yang kalian sedang berpuasa ini?'
Mereka menjawab, 'Hari ini adalah hari yang agung. Allah menyelamatkan Musa dan kaumnya pada hari ini dan menenggelamkan Fir’aun beserta pasukannya. Maka Musa berpuasa pada hari ini sebagai rasa syukur dan kami turut berpuasa.’
Maka Rasulullah ﷺ bersabda, 'Maka kami dengan Musa lebih berhak dan lebih utama daripada kalian.’ Maka Rasulullah ﷺ berpuasa dan memerintahkan berpuasa.” HR Bukhari dan Muslim.
Disebutkan dalam riwayat Imam al-Bukhari dan Muslim bahwa Sayyidah Aisyah radliyallahu 'anha berkata: “Dulu kaum Quraisy berpuasa Asyura pada masa jahiliah. Kemudian Rasulullah ﷺ memerintahkan berpuasa Asyura pula, hingga diwajibkan puasa Ramadhan.
Maka Rasulullah ﷺ bersabda, 'Barang siapa yang berkehendak (ingin berpuasa), maka silakan berpuasa. Dan barang siapa yang berkehendak (tak ingin berpuasa), maka tidak berpuasa.’”
Tak hanya puasa Asyura yang dianjurkan, puasa Tasu’a (hari kesembilan dari bulan Muharam) dan hari kesebelas pun juga diperintahkan oleh Nabi Muhammad ﷺ untuk berpuasa juga. Hal ini guna untuk membedakan antara ritual ibadah orang Muslim dan kaum Yahudi.
Diriwayatkan oleh sahabat Abdullah bin Abbas radliyallahu 'anh beliau berkata: “Nabi Muhammad ﷺ beliau bersabda, 'Jika aku masih hidup hingga tahun depan, pasti aku akan berpuasa pada hari kesembilan’” (HR Muslim).
Diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad dari sahabat Ibnu Abbas radliyallahu 'anh, marfu' (disandarkan kepada Nabi Muhammad ﷺ) berkata, "Puasalah pada hari Asyura dan bedakanlah diri kalian dengan kaum Yahudi. Puasalah sehari sebelumnya atau setelahnya."
Imam Syafi'i dalam kitabnya al-Um dan al-Imla' menegaskan bahwa disunahkan berpuasa 3 hari; puasa Asyura, Tasu'a dan puasa hari kesebelas.
Nah, dari sini dapat disimpulkan bahwa puasa Asyura itu ada 3 tingkatan: Tingkatan yang paling rendah ialah puasa Asyura saja, kemudian atasnya adalah puasa Asyura dan puasa Tasu'a, dan yang terakhir, tingkatan yang paling tinggi adalah puasa Asyura, Tasu'a dan puasa hari kesebelas (bulan Muharram).
Dalil Puasa Asyura
Dalam Kitab Irsyadul 'Ibad karya Syaikh Zainuddin Al Malibari dibahas secara khusus tentang kemuliaan hari Asyura. Dimana dijelaskan dalam kitab tersebut empat hadits shahih dan satu pendapat berdasar kesepakatan ulama.
Hadits pertama, diriwayatkan oleh Imam Nasai yang menjelaskan mengenai Rasulullah yang melaksanakan puasa di bulan Muharram setelah bulan Ramadan. Kemudian Rasulullah memerintahkan para sahabatnya untuk berpuasa Muharram.
Nabi Muhammad SAW bersabda: "Sesungguhnya Muharram adalah bulannya Allah yang di dalamnya tepat menjadi hari bertaubat umat Islam atas dosa-dosa yang terdahulu".
Hadits kedua, diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim yang berasal dari Ibnu Abbas yang mengisahkan keberadaan Nabi Muhammad saat di Madinah. Di mana penduduk Madinah yang beragama Yahudi berpuasa para hari Asyura.
Salah satu dasar yang dipakai oleh Yahudi karena Nabi Musa puasa di hari itu sebagai ungkapan terima kasih karena Allah menenggelamkan Fira'un dan Musa beserta kaumnya selamat.
Kemudian Nabi Muhammad bersabda: "Kami lebih memiliki hak dan lebih memuliakan Nabi Musa daripada Anda". Maka Nabi berpuasa Asyura dan memerintahkan para sahabat untuk berpuasa Asyura.
Hadits ketiga, diriwayatkan dari Imam Muslim dari Abi Qatadah bahwa Rasulullah pernah ditanya oleh sahabat tentang puasa Asyura. Nabi menjawabnya: "Puasa Asyura dapat melebur dosa satu tahun sebelumnya".
Hadits keempat, diriwayatkan Imam Baihaqi dimana Rasulullah memerintahkan para sahabatnya untuk berpuasa di tanggal 9 dan 10 Muharram dengan niat tidak menyamakan dengan ibadah sunnah puasanya umat Yahudi.
Sedangkan pendapat para ulama terdahulu menyebutkan bahwa pahala puasa Asyura adalah mendapatkan pengampunan tujuh puluh tahun dari dosa-dosa yang pernah dilakukan.
Dan tentunya masih banyak sekali keutamaan-keutamaan hari Asyura yang dijelaskan dalam Kitab Irsyadul 'Ibad berdasarkan hadits-hadits Nabi Muhammad. Penulis hanya menjelaskan empat hadits yang sudah cukup menjadi dasar puasa sunnah 9 dan 10 Muharram.
Dalam kitab Fadlilati Muharram wa Rajab wa Sya'ban karya Syaikh Muhammad Sholih bin Umar Assamarani (dikenal dengan KH Sholeh Darat) juga dijelaskan mengenai keutamaan hari Asyura. KH Sholeh Darat mengambil keterangan dari Kitab Tarikhul Khamis karya Syaikh Husain bin Muhammad bin Hasan Addayyari Bakri dijelaskan mengenai perintah Nabi Muhammad kepada para sahabat melaksanakan puasa Asyura.
Selain itu, Nabi Muhammad juga bersabda: "Barangsiapa puasa tanggal 10 Muharram, maka mendapatkan pahala 10.000 malaikat, 10.000 orang yang haji dan umroh dan 10.000 orang yang mati syahid".
Semestinya puasa sunnah di bulan Muharram tidak hanya semata-mata hanya ada di tanggal 9 dan 10 Muharram saja. Syaikh Abdul Hamid Al Qudsi dalam Kitab Kanzun Najah Wassurur menjelaskan bahwa bulan Muharram merupakan bulan yang dimuliakan oleh Allah SWT dan di dalamnya terdapat banyak amalan-amalan sunnah, termasuk puasa.
Imam Ibnu Hajar menyebutkan sebuat hadits yang diriwayatkan oleh Hafsah, Nabi bersabda: "Barangsiapa yang berpuasa di akhir bulan Dzulhijjah dan awal bulan Muharram, maka Allah akan menjadikannya penebus dosanya selama 50 tahun. Dan puasa satu hari di bulan Muharram sama dengan puasa tiga puluh hari".
Sedangkan Imam Ghazali menjelaskan dalam Kitab Ihya' Ulumiddin: "Barangsiapa berpuasa tiga hari di bulan mulia (Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Rajab dan Muharram) di hari Kamis, Jum'at dan Sabtu, maka Allah akan mencatat baginya ibadah 700 tahun".
Fadlilah / Keutamaan Puasa Asyura
Asyura juga termasuk puasa yang sangat dianjurkan oleh agama islam. Rasulullah ﷺ Bersabda, “Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah puasa di bulannya Allah, Muharam” (HR Muslim).
Di antara keutamaan puasa ini ialah dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu. Dari sahabat Abu Qatadah, bahwa Nabi Muhammad ﷺ bersabda, “Puasa hari Asyura, aku berharap kepada Allah agar Ia mengampuni dosa setahun yang lalu” (HR at-Tirmidzi).
Disebutkan dalam riwayat yang lain pula, bahwa Nabi Muhammad ﷺ ditanya tentang puasa Asyura, maka beliau menjawab, “(Puasa tersebut) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR Muslim).
Nah, seperti yang telah diketahui, yang dimaksud dengan penghapusan dosa di sini adalah dosa-dosa kecil, bukan dosa-dosa besar. Tetapi, apabila tidak memiliki dosa kecil, maka diharapkan adanya keringanan dari dosa-dosa besar. Jika tidak, maka diangkat derajatnya.
Perbedaan Keutamaan Puasa Asyura dan Puasa Arafah
Dari sini akan timbul pertanyaan, kenapa puasa Asyura hanya dapat mengampuni dosa satu tahun yang lalu saja? Sedangkan puasa Arafah dapat menghapuskan dosa satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang?
Jawabannya: karena pua sa Arafah adalah puasa yang diberikan khusus untuk Nabi Muhammad ﷺ beserta umatnya saja. Sedangkan puasa Asyura adalah puasa yang juga dilakukan Nabi Musa ‘alaihissalam serta umatnya.
Nah, dari sini kita tahu, bahwa segala sesuatu yang diberikan khusus untuk Nabi Muhammad ﷺ maka itu adalah spesial dan istimewa.
Dzikir Di Hari Asyura
Ada banyak dari umat-umat terdahulu yang diterima taubat mereka pada hari Asyura. Maka dari itu, para ulama menganjurkan untuk memperbanyak dzikir dan istighfar pada hari Asyura. Di antaranya seperti yang dianjurkan oleh Imam Al-Ajhuri, beliau mengatakan, “Barang siapa yang membaca pada hari Asyura:
حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الوَكِيْلِ نِعْمَ المَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ
(Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung dan penolong)
Sebanyak 70 kali, niscaya Allah akan menjaganya dari keburukan tahun tersebut.”
Rasulullah ﷺ sendiri yang dosa-dosanya telah diampuni oleh Allah ﷻ tak kurang dari 70 kali beliau meminta ampun kepada Allah setiap harinya, seperti yang diriwayatkan Imam al-Bukhari. Maka, apakah pantas umatnya yang selalu bergelimang dengan dosa ini tidak meminta ampun kepada Allah setiap harinya? Maka hari Asyura adalah kesempatan emas bagi umatnya untuk memperbanyak dzikir dan istighfar kepada Allah ﷻ.
Sesungguhnya ada banyak faedah bagi orang yang senantiasa meminta ampun kepada Allah ﷻ Di antaranya, sebagaimana yang telah disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Abdullah bin Abbas radliyallahu 'anh Rasulullah ﷺ bersabda, “Barang siapa yang senantiasa beristighfar (meminta ampun kepada Allah), Allah menjadikan setiap kesusahan baginya jalan keluar, setiap kegalauan kelapangan, dan dia diberikan rezeki yang tidak dia sangka-sangka” (HR Abu Dawud).
Berikut beberapa dzikir yang dianjurkan untuk dibaca pada hari Asyura:
لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ..... ١٠٠×
اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ..... ١٠٠×
أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ..... ١٠٠×
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ..... ١٠٠×
حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الوَكِيْلُ..... ٤٥٠×
حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الوَكِيْلِ نِعْمَ المَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ..... ٧٠×
رَبِّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَتُبْ عَلَيَّ..... ١٠٠٠×
Puasa Asyura Tanpa Puasa 9 dan 11 Muharram
Allah subhanahu wata'ala akan mengampuni dosa setahun lalu orang yang berpuasa 10 Muharram. Masalah ini disinggung dalam Fathul Mu‘in karya Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari.
و) يوم (عاشوراء) وهو عاشر المحرم لأنه يكفر السنة الماضية كما في مسلم (وتاسوعاء) وهو تاسعه لخبر مسلم لئن بقيت إلى قابل لأصومن التاسع فمات قبله والحكمة مخالفة اليهود ومن ثم سن لمن لم يصمه صوم الحادي عشر بل إن صامه لخبر فيه
Artinya, “(Disunahkan) puasa hari Asyura, yaitu hari 10 Muharram karena dapat menutup dosa setahun lalu sebagai hadits riwayat Imam Muslim. (Disunahkan) juga puasa Tasu‘a, yaitu hari 9 Muharram sebagai hadits riwayat Imam Muslim, Rasulullah SAW bersabda, ‘Kalau saja aku hidup sampai tahun depan, niscaya aku akan berpuasa tasu‘a.’ Tetapi Rasulullah SAW wafat sebelum Muharram tahun depan setelah itu. hikmah puasa Tasu‘a adalah menyalahi amaliyah Yahudi. Dari sini kemudian muncul anjuran puasa hari 11 Muharram bagi mereka yang tidak berpuasa Tasu‘a. Tetapi juga puasa 11 Muharam tetap dianjurkan meski mereka sudah berpuasa Tasu‘a sesuai hadits Rasulullah SAW,” (Lihat Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari, Fathul Mu‘in pada hamisy I‘anatut Thalibin, Beirut, Darul Fikr, 2005 M/1425-1426 H, juz II, halaman 301).
Agar berbeda dari kaum Yahudi di masa Rasulullah, kita juga dianjurkan untuk berpuasa pada 9 dan 11 Muharram. Pasalnya, kaum Yahudi saat itu hanya berpuasa pada 10 Muharram. Lalu bagaimana kalau kita entah karena sebab tertentu atau tanpa sebab sekalipun mengamalkan hanya puasa Asyura? Bagi mazhab Syafi’i, puasa Asyura saja tanpa diiringi puasa sehari sebelum dan sesudahnya tidak masalah.
وفي الأم لا بأس أن يفرده (أي لا بأس أن يصوم العاشر وحده
Artinya, “(Di dalam kitab Al-Umm, tak masalah hanya mengamalkan puasa Asyura saja) maksudnya, agama tidak mempermasalahkan orang yang hanya berpuasa 10 Muharram saja (tanpa diiringi dengan puasa sehari sebelum dan sesudahnya),” (Lihat Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi, I‘anatut Thalibin, Kota Baharu-Penang-Singapura, Sulaiman Mar‘i, tanpa catatan tahun, juz II, halaman 266).
Keterangan ini bukan berarti menyamakan Muslim yang mengamalkan hanya puasa Asyura dan kaum Yahudi. Anjuran untuk berpuasa sehari sebelum dan sesudah Asyura bersifat penyempurnaan saja terhadap Asyura. Sedangkan Muslim yang mengamalkan hanya puasa Asyura saja itu sudah bagus. Kita tidak perlu menuduh mereka dengan sebutan “Muslim rasa Yahudi”, misalnya. Sudah bagus ia mau mengamalkan puasa Asyura
Posting Komentar untuk "Puasa Asyura: Sejarah, Keutamaan Dan Amalan Lain Di Dalamnya"