Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tahun Baru Islam Adalah? Histori, Kemulyaan Dan Do`a

tahun baru islam 2021,ucapan tahun baru islam 2021, libur tahun baru islam 2021 digeser, keputusan bersama menag menaker dan menpan rb no 712 1 dan 3 tahun 2021, libur nasional 2021, libur 17 agustus 2021, skb 3 menteri cuti bersama 2021, kalender 2021
Tahun Baru Islam. Foto:nusantara news
TintaSantri.com – dikutip dari wikipedia Tahun Baru Hijriah atau Tahun Baru Islam merupakan suatu hari yang penting bagi umat Islam karena menandai peristiwa penting yang terjadi dalam sejarah Islam yaitu memperingati penghijrahan Nabi Muhammad saw. dari Kota Makkah ke Madinah pada tahun 622 Masehi. Peristiwa bersejarah itu terjadi pada 1 Muharam tahun baru bagi Kalender Hijriah. Namun, Tahun Hijrah Rasulullah SAW dari Makkah ke Madinah itu diambil sebagai awal perhitungan bagi Kalender Hijriah.

DAFTAR ISI

HISTORI HIJRIAH

Islam memiliki dua belas bulan dalam perhitungan setahun menurut perhitungan yang sudah diputuskan. 4 bulan salah satunya ialah bulan yang diagungkan oleh Allah Swt. 3 bulan terletak berurut, yakni, bulan Dzulqo'dah, Dzulhijjah dan Muharam (Asyura). Yang ke-4 yakni bulan Rajab yang berada di antara Jumadil Tsani dengan bulan Sya'ban.

Kemuliaan bulan-bulan tersebut sudah didokumentasikan oleh Allah Swt dalam al-Quran surat At-Taubah: ayat 36 yang maknanya "Sebenarnya bilangan bulan disamping Allah adalah dua belas bulan, dalam ketentuan Allah di saat Ia membuat langit dan bumi, salah satunya 4 bulan haram. Itu (ketentuan) agama yang lempeng, karena itu jangan sampai menganiaya diri dalam bulan yang empat itu,dan perangilah musyrikin itu semua seperti mereka melawan semuanya; dan kenalilah bahwasanya Allah dan beberapa orang yang bertaqwa."

Muharam ialah bulan pertama kali yang digunakan di kalender umat Islam (penanggalan Qomariyah atau Hijriyah). Menurut kisah beberapa ulama ahli tarikh yang masyhur, tarikh Islam sebelumnya diputuskan oleh Umar bin Khattab Ra saat dia jadi khalifah di tahun 17 Hijriyah. Menurut ceritanya, ini terjadi karena di suatu hari, Umar terima sepucuk surat dari teman dekatnya, Abu Musa Al-Asy'ari Ra tanpa dibubuhi tanggal dan hari pengangkutannya. Hal tersebut merepotkan untuk Umar untuk menyortir surat yang mana lebih dulu harus diurusinya, karena dia tidak mengidentifikasi di antara surat yang lama dan yang baru. Oleh karenanya, Umar melangsungkan permufakatan sama orang yang terpandang disaat itu untuk mengulas dan membuat permasalahan tarikh Islam.

KEMULYAAN BULAN MUHARRAM

Bulan Muharam adalah termasuk di antara asyhurul hurum dan bulan pembuka dalam setiap tahun Hijriyah. Di bulan itu, Allah Swt  memberi pertolongan kepada Nabi Musa As dan kaumnya dari kezaliman dan kekejaman Fir’aun dan tentaranya. Allah juga telah menyelamatkan Nabi Nuh As Dan kaumnya dari banjir bandang. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 10 Muharam. Maka sebagai rasa syukurnya kepada Allah yang telah menyelamatkannya dari mara bahaya, Nabi Musa As dan Nabi Nuh As berpuasa pada hari tersebut. 

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Bulan Muharam termasuk salah satu bulan yang dimuliakan Allah. Oleh karena itu, jika seseorang berbuat dosa pada bulan-bulan itu akan lebih besar dan lebih jelas balasannya dari pada bulan-bulan yang lain, laksana maksiat di tanah haram juga akan berlipat dosanya, sebagaimana firman Allah, ”Dan siapa yang bermaksud di dalamnya malakukan kejahatan secara zalim, niscaya akan Kami rasakan kepadanya sebahagian siksa yang pedih.” (QS. Al-Hajj: 25) 

Karena bulan Muharam merupakan bulan yang diagungkan kemuliaannya, maka sudah sepatutnya orang yang berbuat dosa pada bulan itu dan bulan mulia lainnya akan mendapat dosa yang berlipat ganda. Sedangkan apabila mereka mengerjakan amal saleh di dalamnya, maka pahalanya akan berlipat pula.

HUKUM MENGUCAPKAN TAHUN BARU HIJRIAH

Tahun baru hijriyah yang ditandai dengan pergantian tahun merupakan bagian dari kuasa Allah. Pergantian tahun merupakan nikmat-Nya yang patut disyukuri. 
Allah dalam hadits qudsi mengingatkan anak Adam agar memandang waktu sebagai makhluk dan tanda kuasa-Nya. Anak Adam perlu menjaga adab dalam memandang waktu, termasuk pergantian tahun sebagaimana riwayat Imam Bukhari berikut ini.

قال أبو هريرة رضي الله عنه قال رسول الله صلى الله عليه وسلم قال الله يسب بنو آدم الدهر وأنا الدهر بيدي الليل والنهار

Artinya, “Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘Allah berfirman, ‘Bani Adam mengutuk waktu. Padahal, Akulah waktu. Di tangan-Ku malam dan siang,’’” (HR Bukhari).

Adapun pada hadits riwayat Muslim berikut ini, Rasulullah melarang umat Islam untuk menyesali, mencela, atau mengutuk waktu karena Allah “berada” di balik perputaran waktu. Allah berkuasa penuh atas silih berganti siang malam, dan pergantian bulan serta tahun.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَسُبُّوا الدَّهْرَ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ الدَّهْرُ

Artinya, “Dari Abu Hurairah RA, dari Rasulullah SAW, ia bersabda, ‘Jangan kalian mengutuk waktu karena Allah adalah waktu,’” (HR Muslim dan Ahmad).

Para ulama sendiri mengambil sikap optimis dan penuh rasa syukur atas pergantian tahun baru hijriyyah. Pengucapan selamat tahun baru Islam sebagai bentuk ekspresi kebahagiaan dan rasa syukur kepada Allah dianjurkan sebagaimana keterangan Syekh Said Ba’asyin berikut ini:

والتهنئة بالعيد سنة ويدخل وقتها في عيد الفطر بمغرب ليلته وفي الأضحى بصبح عرفة كالتكبير وبالعام والشهر

Artinya, “Ucapan selamat (tahniah) hari raya ‘Id, pergantian tahun, dan pergantian bulan dianjurkan. Waktu tahniah untuk hari raya Idul Fitri berawal pada maghrib hari raya (malam takbiran). Sementara waktu tahniah untuk hari raya Idul Adha berawal pada Subuh hari Arafah seperti kesunahan takbir.” (Lihat Syekh Said bin Muhammad Ba’asyin, Buysral Karim, [Beirut, Darul Fikr: 2012 M/1433-1434 H], Juz II, halaman 352).

Tidak heran Syekh Sulaiman bin Umar Al-Jamal dalam karyanya, Hasyiyatul Jamal, mengatakan, “Ungkapan Al-Birmawi, ‘Ucapan selamat hari raya ‘Id, pergantian bulan, dan pergantian tahun dianjurkan.’

Pengucapan selamat tahun hijriyyah bukan tanpa masalah di kalangan ulama. Imam Jalaluddin As-Suyuthi mengangkat perbedaan pendapat ulama dalam kumpulan fatwanya berikut ini:

فوائد الشيخ زكي الدين عبد العظيم المنذري أن الحافظ أبا الحسن المقدسي سئل عن التهنئة في أوائل الشهور ، والسنين أهو بدعة أم لا ؟ فأجاب بأن الناس لم يزالوا مختلفين في ذلك ، قال : والذي أراه أنه مباح ليس بسنة ولا بدعة انتهى ، ونقله الشرف الغزي في شرح المنهاج ولم يزد عليه 

Artinya, “Al-Qamuli dalam Al-Jawahir mengatakan, ‘Aku tidak menemukan banyak pendapat kawan-kawan dari Madzhab Syafi’i ini perihal ucapan selamat hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, ucapan selamat pergantian tahun dan pergantian bulan seperti yang dilakukan oleh banyak orang sekarang. Hanya saja aku dapat riwayat yang dikutip dari Syekh Zakiyuddin Abdul Azhim Al-Mundziri bahwa Al-Hafizh Abul Hasan Al-Maqdisi pernah ditanya perihal ucapan selamat bulan baru atau selamat tahun baru. Apakah hukumnya bid’ah atau tidak? Ia menjawab, banyak orang selalu berbeda pandangan masalah ini. Tetapi bagi saya, ucapan selamat seperti itu mubah, bukan sunah dan juga bukan bid’ah.’ Pendapat ini dikutip tanpa penambahan keterangan oleh Syaraf Al-Ghazzi dalam Syarhul Minhaj,” (Lihat Jalaluddin As-Suyuthi, Al-Hawi Lil Fatawi fil Fiqh wa Ulumit Tafsir wal hadits wal Ushul wan Nahwi wal I‘rabi wa Sa’iril Funun, [Beirut, Darul Kutub Ilmiyah: 1982 M/1402 H], juz 1, halaman 83).

AMALAN UTAMA DI BULAN MUHARRAM

Muharram dikatakan mulia karena di dalamnya terdapat amalan sunah yang sangat dianjurkan untuk melakukannya. Amalan sunah yang dimaksud ialah puasa. Kesunahan puasa di bulan Muharram didasarkan pada hadits riwayat Abu Hurairah:

 جاء رجل إلى النبي ضلى الله عليه وسلم فقال: أي الصيام أفضل بعد شهر رمضان؟ قال:  شهر الله الذي تدعونه المحرم

Artinya, "Seseorang datang menemui Rasulullah SAW, ia bertanya, ‘Setelah Ramadhan, puasa di bulan apa yang lebih afdhal?' Nabi menjawab, ‘Puasa di Bulan Allah, yaitu bulan yang kalian sebut dengan Muharram,” (HR Ibnu Majah).

Dalam hadis riwayat Muslim disebutkan sebagai berikut.

أفضل الصيام بعد رمضان شهر الله المحرم

Artinya, “Puasa yang paling utama setelah Ramadhan ialah puasa di bulan Allah, Muharram.”

Dalam Syarah Shahih Muslim, Imam An-Nawawi mengatakan, hadits ini menjadi dalil keutamaan puasa Muharram. Sementara hadits lain yang menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW lebih banyak berpuasa di bulan Sya’ban, bukan Muharram, dapat dipahami melalui dua tafsiran: pertama, ada kemungkinan Rasulullah SAW baru mengetahui keutamaan puasa Muharram di akhir hayatnya; kedua, Rasulullah SAW mungkin sudah memahami keutamaannya, namun beliau tidak memperbanyak puasa di bulan Muharram dikarenakan udzur, seperti sakit, sedang di perjalanan, dan lain-lain.

Al-Qurthubi, seperti yang dikutip As-Suyuthi dalam Ad-Dibaj ‘ala Shahih Muslim menjelaskan:

إنما كان صوم المحرم أفضل الصيام من أجل أنه أول السنة المستأنفة فكان استفتاحها بالصوم الذي هو أفضل الأعمال

Artinya, “Puasa Muharram lebih utama dikarenakan awal tahun. Alangkah baiknya mengawali tahun baru dengan berpuasa, sebab puasa termasuk amalan yang paling utama.”

Memperbanyak puasa di bulan Muharram disunahkan karena ia merupakan pembuka tahun baru. Seyogianya tahun baru dihiasi dengan amal saleh dan puasa termasuk amalan yang paling utama. Tentu harapannya, di bulan selanjutnya, menjalankan ibadah puasa sunah ini tetap dilakukan dan tidak berhenti sampai akhir bulan Muharram. Selain awal tahun, dalam banyak hadits juga disebutkan bahwa tanggal 10 Muharram dianjurkan untuk berpuasa.

Sebab itu, Zainuddin Al-Malibari dalam Fathul Mu’in mengatakan, “Bulan utama untuk berpuasa setelah Ramadhan adalah asyhurul hurum (bulan-bulan mulia). Sementara di antara asyhurul hurum itu bulan Muharram adalah yang paling utama, kemudian Rajab, Dzulhijah, Dzulqa’dah, Sya’ban, dan puasa ‘Arafah.

DO`A RASULULLAH DI AWAL TAHUN

Berikut ini doa Rasulullah SAW di awal tahun seperti disebutkan Sayid Utsman bin Yahya dalam Maslakul Akhyar.

اَللَّهُمَّ أَنْتَ الأَبَدِيُّ القَدِيمُ الأَوَّلُ وَعَلَى فَضْلِكَ العَظِيْمِ وَكَرِيْمِ جُوْدِكَ المُعَوَّلُ، وَهَذَا عَامٌ جَدِيْدٌ قَدْ أَقْبَلَ، أَسْأَلُكَ العِصْمَةَ فِيْهِ مِنَ الشَّيْطَانِ وَأَوْلِيَائِه، وَالعَوْنَ عَلَى هَذِهِ النَّفْسِ الأَمَّارَةِ بِالسُّوْءِ، وَالاِشْتِغَالَ بِمَا يُقَرِّبُنِيْ إِلَيْكَ زُلْفَى يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ

Allâhumma antal abadiyyul qadîmul awwal. Wa ‘alâ fadhlikal ‘azhîmi wa karîmi jûdikal mu‘awwal. Hâdzâ ‘âmun jadîdun qad aqbal. As’alukal ‘ishmata fîhi minas syaithâni wa auliyâ’ih, wal ‘auna ‘alâ hâdzihin nafsil ammârati bis sû’I, wal isytighâla bimâ yuqarribunî ilaika zulfâ, yâ dzal jalâli wal ikrâm.

Artinya, “Tuhanku, Kau yang Abadi, Qadim, dan Awal. Atas karunia-Mu yang besar dan kemurahan-Mu yang mulia, Kau menjadi pintu harapan. Tahun baru ini sudah tiba. Aku berlindung kepada-Mu dari bujukan Iblis dan para walinya di tahun ini.

Aku pun mengharap pertolongan-Mu dalam mengatasi nafsu yang kerap mendorongku berlaku jahat. Kepada-Mu, aku memohon bimbingan agar aktivitas keseharian mendekatkanku pada rahmat-Mu. Wahai Tuhan Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan.”

Doa awal tahun ini dibaca sebanyak tiga kali. Baiknya doa ini dibaca di malam satu Muharram. Semoga Allah meringankan langkah kita ke depan menuju kebaikan dunia dan akhirat. Baiknya kita iringi doa ini dengan amalan lain seperti puasa, khataman, sema’an Al-Quran, sedekah, atau aksi positif lainnya.

Posting Komentar untuk "Tahun Baru Islam Adalah? Histori, Kemulyaan Dan Do`a"