Khutbah Idul Adha: Haji, Kurban, dan Pandemi Covid-19
اَللهُ
أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ
اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ
أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً
وَأَصِيْلاً، لَاإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ
وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ
وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ.
اَلْحَمْدُ
للهِ الَّذِيْ أَمَاتَ وَ أَحْيَى. اَلْحَمْدُ للهِ الًّذِيْ أَمَرَنَا بِالتَّقْوَى
وَ نَهَانَا عَنِ اتِّبَاعِ الْهَوَى. اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ جَعَلَ لَنَا
عِيْدَ الْفِطْرِ وَ اْلأَضْحَى. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ
نِعْمَ الْوَكِيل وَنِعْمَ الْمَوْلَى، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَ مَنْ يُنْكِرْهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً بَعِيدًا. وَ
صَلَّ اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا وَ حَبِيْبِنَا الْمُصْطَفَى، مُحَمَّدٍ نَبِيِّ
الْهُدَى، الَّذِيْ لاَ يَنْطِقُ عَنْ الْهَوَى، إِنْ هُوَ إِلاَّ وَحْيٌ يُوْحَى،
وَ عَلَى اَلِهِ وَ أَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدقِ وَ الْوَفَا. اَللَّهُمَّ
اجْعَلْنَا مِمَنْ اِتَّبَعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْجَزَا. أَمَّا
بَعْدُ: فَيَاأيُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ
وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ
اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم، بِسْمِ اللهِ
الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمْ وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ
اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ
الْعَالَمِينَ. وقَالَ أَيْضاً إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ
لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ. صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ
Jamaah
shalat Idul Adha hadâkumullâh,
Ada dua
peristiwa penting yang tidak bisa lepas dari Hari Raya Idul Adha. Kedua
peristiwa tersebut adalah ibadah Haji dan Kurban. Namun pada situasi saat ini,
kedua ibadah tersebut harus dilaksanakan di tengah pandemi Covid-19 yang sampai
saat ini belum mereda. Tentunya ketentuan Allah subhanahu wata'ala ini tidak
boleh serta merta menurunkan semangat spiritual kita sebagai umat Islam. Kita
harus meyakini bahwa selalu ada hikmah besar yang terkandung dari setiap
ketetapan yang diberikan oleh Allah subhanahu wata'ala.
Seperti
kita ketahui bersama, akibat pandemi Covid-19 yang mewabah di berbagai penjuru
dunia. Jamaah Haji Indonesia tahun 2020 tidak diberangkatkan ke Tanah Suci. Hal
ini dilakukan pemerintah untuk menjaga keselamatan jiwa jamaah dari tertular
virus Corona. Pemerintah Arab Saudi pun tidak mengizinkan jamaah dari luar
negeri untuk menjalankan rukun Islam kelima ini. Hanya warga Arab Saudi dan
warga Asing yang berada di Arab Saudi saja yang diperkenankan melaksanakan
ibadah Haji. Dan itu pun dengan pembatasan jumlah dan peraturan yang sangat
ketat.
Bagi calon
jamaah haji tahun 2020, keputusan ini tentu sangat berat untuk diterima.
Setelah sekian lama menunggu antrean kuota haji dengan berbagai macam usaha
untuk melunasi ongkos naik haji (ONH), namun giliran saatnya berangkat harus
mengalami penundaan. Namun ada hikmah besar yang bisa diambil dari keputusan
ini di antaranya adalah kesabaran dan kepasrahan. Allah subhanahu wata'ala
berfirman dalam Qur’an Surat Al-Anfal ayat 46:
وَاصْبِرُوا
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Bersabarlah
kalian, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar”.
Jamaah
shalat Idul Adha hadâkumullâh,
Kesabaran
sendiri adalah sikap yang paling dibutuhkan dalam menjalankan ibadah haji.
Dalam ibadah haji, kesabaran juga bisa menjadi ukuran mabrur atau tidaknya haji
yang dilaksanakan. Hampir seluruh rangkaian ibadah haji membutuhkan kesabaran
mulai dari pendaftaran sampai dengan pelaksanaan dan kembali ke Tanah Air.
Tanpa kesabaran, jamaah haji tidak akan mungkin mampu melewati rangkaian ibadah
yang memerlukan kekuatan mental dan fisik seperti tawaf, sa'i, wukuf di Arafah,
dan melempar jumrah. Ini memberikan hikmah kepada calon jamaah haji yang
ditunda keberangkatannya, untuk semakin melatih kesabaran sebelum waktunya
berangkat nanti. Insyaallah kesabaran dalam menerima penundaan ini nantinya
akan menjadi wasilah kemabruran haji kelak.
Hikmah kedua
adalah kepasrahan atau tawakkal kepada Allah subhanahu wata'ala. Terkait dengan
hal ini Allah subhanahu wata'ala pun telah memberikan panduan, jika kita
memiliki tekad bulat dalam melaksanakan sesuatu, maka kita harus pasrah diri
kepada Allah subhanahu wata'ala. Hal ini termaktub dalam QS Ali Imran ayat 159:
فَإِذَا
عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
“Apabila
engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah mencintai orang-orang yang bertawakal.”
Dengan
ditundanya haji tahun ini, para calon jamaah haji harus yakin dan pasrah pada
Allah karena ini juga merupakan ketetapan Allah. Haji sendiri adalah ibadah
yang harus diawali dengan kepasrahan karena harus pergi jauh meninggalkan orang-orang
yang dicintai dan harus berjuang menyelesaikan rangkaian kewajiban dan rukun
haji. Kain ihram warna putih yang dipakai jamaah pun sudah menandai bahwa para
jamaah Haji pasrah atas takdir Allah seperti mayit yang terbungkus kain kafan.
Dengan kepasrahan ini tentunya akan menjadikan para calon jamaah haji lebih
tenang dalam beribadah.
Jamaah
shalat Idul Adha hadâkumullâh,
Ibadah
kedua yang kita lakukan di tengah pandemi adalah ibadah kurban. Di tengah wabah
ini, ibadah kurban akan lebih bermakna dan terasa bagi masyarakat ekonomi
lemah. Selama pandemi, berbagai sektor tak terkecuali sektor ekonomi ikut
terkena imbas. Banyak masyarakat yang tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya
karena harus kehilangan mata pencarian.
Kurban
bisa menjadi bukti kepekaan sosial masyarakat mampu terhadap yang lemah. Kurban
semakin memberikan kesadaran kepada kita, bahwa harta yang kita miliki bukanlah
mutlak milik kita. Harta dan materi di dunia hanya titipan dari Allah subhanahu
wata'ala yang di dalamnya terdapat hak orang lain. Kenikmatan yang kita rasakan
tidak akan berkurang sedikitpun ketika harus dibagi dengan orang lain melalui
pembelian hewan kurban. Kita harus menyadari bahwa sesungguhnya hakikat memberi
adalah menerima.
Manusia
tidak perlu khawatir karena nikmat Allah subhanahu wata'ala sangatlah banyak.
Saking banyaknya nikmat Allah, kita tidak akan bisa menghitungnya. Allah
subhanahu wata'ala berfirman:
وَإِنْ
تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat
menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”. (QS: An-Nahl : 18)
Dengan
pengorbanan harta melalui hewan kurban ini, kita juga akan mampu semakin dekat
dengan Allah subhanahu wata'ala. Hal ini selaras dengan makna kurban itu
sendiri yakni berasal dari bahasa Arab qariba-yaqrabu -qurban wa qurbanan wa
qirbanan,yang artinya dekat. Sehingga kurban adalah mendekatkan diri kepada
Allah, dengan mengerjakan sebagian perintah-Nya.
Jamaah
shalat Idul Adha hadâkumullâh,
Dari hal
ini kita bisa menarik dua hikmah dari ibadah kurban di masa pandemi. Yang
pertama adalah hikmah vertikal, yakni semakin dekatnya kita kepada Allah
subhanahu wata'ala, dan hikmah horizontal yakni kedekatan dengan sesama manusia
dengan saling berbagi rezeki di tengah situasi sulit akibat pandemi ini.
Wallahu a’lam.
بَارَكَ
الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ
بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ
تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا
فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah II
اَللهُ
أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ
أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ
عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ
وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا
كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ
وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ
فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ
اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا
صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ
وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ
عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ
بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ
بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا
اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ
أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ
وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ
مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ
إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ
وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا
وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ
اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا
لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ
بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ
وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ
اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ
اللهِ أَكْبَرْ
Posting Komentar untuk "Khutbah Idul Adha: Haji, Kurban, dan Pandemi Covid-19"