Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tips Meraih Kebahagiaan Menurut Imam Ghozali



Imam Al-Ghazali populer sebagai Hujjah Al-Islam atau pembela Islam, yakni seorang ulama yang gigih menjaga kebenaran Islam dengan argumen-argumennya. Beberapa orang mengenali beliau dari kreasi besarnya, Tahafut Al-Falasifah (Kerancuan Filsafat).

Tetapi selainnya mengarang kitab-kitab yang tebal, Imam Al-Ghazali mengarang risalah-risalah kecil, salah satunya ialah Kimiya' As-Sa'adah (Proses Kebahagiaan). Buku kecil ini menjelaskan bagaimana kebahagiaan sejati menurut Imam Al-Ghazali.

Lalu, bagaimana cara raih kebahagiaan? Yok kita baca beberapa tips berbahagia ala-ala Imam Al-Ghazali berikut ini:

1. Mengetahui segala hal cuman punya Allah

Proses ke arah kebahagiaan menjadi perjalanan panjang dan sepanjang umur. Tetapi dengan mengerti rahasia proses itu, seorang dapat jalani hidup dengan berbahagia. Apa rahasianya? Allah berfirman:

اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ

Sebenarnya kami ialah punya Allah dan cuman kepada-Nya kami kembali (QS. Al-Baqarah [2]: 156).

Menurut Imam Al-Ghazali, jalan ke arah kebahagiaan yaitu dengan kembali dari dunia ini menuju terhadap Allah.

Seorang umumnya bersedih karena kehilangan suatu hal yang dia punyai, baik itu berupa harta, pacar, keluarga, atau kedudukan. Rasa sedih ini menempel karena rasa pemilikan manusia masih tinggal di hatinya. Dengan kembalikan semuanya ke Allah pemilik asal, kehidupan tak lagi jadi beban.

2. Mengenali Tuhan lewat diri kita

Manusia dapat melepaskan rasa pemilikan dengan mengenali Tuhan Yang Maha Mempunyai, Allah. Tetapi bagaimanakah cara mengenali Allah? Sedang indera manusia terbatas ke beberapa zat fisik saja?

Imam Al-Ghazali menjelaskan jalan untuk mengenali Tuhan dengan mengenali diri kita lebih dahulu, seperti sebuah pernyataan Arab mengatakan:

مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّهُ

barang siapa mengetahui dirinya, maka ia telah mengenal tuhannya.

Pengenalan diri adalah kunci untuk buka pintu kebahagiaan. Pengenalan diri terdiri jadi dua: mengenali fisik lahir dan mengenali apa yang telah ada di pada diri (hati atau hati).

Karena itu yang diartikan pengenalan diri tidak cuma dipahami dan memakai peranan indera secara baik, tetapi juga cari jawaban atas pertanyaan apa dan siapakah kita? Darimanakah kita tiba? Buat apa kita diciptakan? Dengan apa kita berbahagia? Dan kenapa kita menderita?

Dengan mendapati jawaban-jawaban di atas seorang akan capai kebahagiaan yang besar.

3. Kuasai gairah dan kemarahan

Menjawab beberapa pertanyaan untuk mengenal diri memakai akal saja tidak cukup. Kita juga harus memakai hati. Imam Al-Ghazali menganalogikan hati sebagai raja dan akal sebagai menterinya.

Ke-2 nya bekerja untuk mengontrol dua pasukan pada diri setiap dari kita, yakni gairah dan kemarahan, dua hal yang juga dimiliki oleh hewan. Bila manusia cuman menggunakan gairah dan kemarahan, maka dia tidak ada perbedaannya dengan hewan.

Kebahagiaan hewan dibuat lewat kepuasan-kenikmatan yang dituntut oleh gairah mereka: selera makan dan seksual. Manusia yang cuman cari kebahagiaan pada masalah perut dan kemaluan, sebenarnya cuman mendapatkan kebahagiaan semu. Karena kebahagiaan manusia yang utama datang dari hati.

Untuk capai kebahagiaan sejati itu, manusia tidak harus hapus semua gairah dan kemarahan, tapi harus mengontrolnya. Kuncinya ada di kesetimbangan ke-2 nya.

Bila jatah gairah berlebihan, maka akan ada kefasikan. Kebalikannya, bila kekurangan yang terjadi, maka yang akan terjadi adalah kelumpuhan dan kelesuan.

Sedang kemarahan yang berlebihan akan hasilkan kekerasan, apabila kurang akan hilangkan semangat bela dalam agama dan hak-hak duniawi.

Kesetimbangan hidup dalam mengontrol kemarahan dan gairah berikut yang Allah harap dari kebahagiaan hamba-Nya, sesuai firman-Nya:

وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi (QS. Al-Qasas [28]: 77).

4. Cari kebahagiaan dari dalam hati

Minum dan makan sesudah berasa lapar kemungkinan menyenangkan. Begitupun tidur dan istirahat sesudah sepanjang hari bekerja, berjumpa dengan anak istri di dalam rumah, beli beberapa barang eksklusif, dan lain-lain. Tetapi rasa lapar akan balik, capek akan tiba kembali, dan waktu akan pisahkan seorang sama orang yang dia sayangi.

Lantas apakah kebahagiaan cuman sementara saja? Menurut Imam Al-Ghazali, kebahagiaan yang sebenarnya tidak lekang oleh waktu. Dan kebahagiaan semacam itu cuman muncul dari dalam hati.

Kebahagiaan hati datang dari makrifatullah atau mengenali Allah. Seperti seorang rakyat jelata berbahagia sesudah mengenali rajanya, bagaimanakah mungkin seorang hamba tidak berbahagia saat mengenali Tuhannya?

Posting Komentar untuk "Tips Meraih Kebahagiaan Menurut Imam Ghozali"