Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

PERAYAAN MALAM TAHUN BARU MASEHI



Tahun baru masehi, lazim dirayakan di hampir seluruh belahan dunia yang biasanya di isi dengan countdown atau hitung mundur, pesta kembang api, tiup terompet dll. Termasuk di indonesia, meskipun ada beberapa daerah yang pemerintah setempat melarang perayaan tahun baru.
Penulis tidak akan membahas tentang hukum halal harom atau boleh tidaknya merayakan tahun baru, penulis hanya ingin menulis tentang sejarah dan kejadian – kejadian unik dan aneh yang berhubungan perayaan tahun baru.

Baiklah kita mulai dari sejarahnya dulu.
Sebagaimana ditulis oleh detik.com penetapan 1 Januari sebagai tahun baru pertama kali dilakukan pada 1582 Paus Gregory XIII.

Tradisi perayaan pergantian tahun bermula sejak manusia mulai mengenal penanggalan. Situs history.com menyebutkan Kerajaan Babilonia (1696 – 1654 sebelum masehi/SM) yang mengawali tradisi ini. Mereka melakukan perayan dengan penanggalan pada bulan pertama vernal equinox (perpotongan lingkaran ekuator dan ekliptikal). Momentum bulan pertama ini terjadi sekitar Maret. Saat itu bumi belahan utara tengah mengalami musim semi.

Orang Babilonia menggelar festival bernama Akitu yang bermakna padi-padian. Biasanya tanaman ini dipotong saat musim semi. Festival ini dirayakan selama 11 hari dengan beragam ritual. Bagi mereka tahun baru ini adalah kemenangan Dewa Langit Marduk melawan Dewi Laut yang jahat, Tiamat. Raja Babilonia menerima mahkota baru.

Sementara Kerajaan Romawi menentukan penanggalan dan pergantian tahun dengan siklus matahari. Julius Caesar mengubah penanggalan Romawi dengan menambah 90 hari dan menamainya dengan Kalender Julian.

Bangsa Mesir menandai pergantian tahun dengan melihat banjir sungai Nil. Perhitungan ini bersamaan dengan munculnya bintang Sirius. Sedangkan Cina menentukan tahun baru pada bulan baru kedua saat titik balik Matahari setelah musim gugur.

Sementara di negara kita, perayaan tahun baru merupakan sebuah kegiatan yang bisa disebut tradisi. Cara merayakannya pun sangat beragam mulai tiup – tiup terompet, bakar jagung hingga pesta kembang api yang luar biasa meriah.

Berbeda dengan di indonesia, di beberapa negara malah ada yang cukup unik. Seperti di rusia, disana saat menjelang pergantian tahun baru, maka orang sana menulisakan keinginannya dalam secarik kertas, kemudian dibakar lalu abunya dicampur dengan sampanye (minuman yang berasal dari anggur putih) kemudian meminum campuran abu dan sampanye tadi, dengan harapan apa yang ditulisnya bisa menjadi kenyataan. 

Bagaimana dengan kita umat muslim? Haruskah ikut dan larut dalam euforia pesta pora ini?
Mengapa kita harus berpesta pora? Sementara dengan bertambahnya tahun berarti menunjukkan semakin berkurang umur hidup kita di dunia ini? Masak iya kita berpesta untuk merayakan berkurangnya umur kita?

Atau perayaan karena merayakan tahun yang kita lalui? Prestasi apa yang harus dirayakan? Sementara amal kebaikan kita belum tentu diterima dan keburukan kita belum tentu terampuni. Selama satu tahun yang lalu mana yang lebih banyak kebaikan ataukah keburukan? Maka perayaan apa yang harus kita rayakan?

Seyogyanya tahun baru dijadikan sebagai momentum untuk merenungi perbuatan kita di tahun – tahun yang kita lalui, dan memperbanyak istighfar padaNya.

SEMOGA KITA TERMASUK GOLONGAN ORANG YANG SELAMAT DI DUNIA DAN AKHIRAT.

Malang, 30 Desember 2018


Posting Komentar untuk "PERAYAAN MALAM TAHUN BARU MASEHI"