Khutbah Idul Fitri: Layakkah kita merayakan kemenangan?
Tintasantri.com - Ngadmin kembali akan bagikan khutbah idul fitri bahasa indonesia, Khutbah ini mengangkat tema Layakkah kita merayakan kemenangan?. semoga bermanfaat
BACA JUGA: Kumpulan Khutbah Idul Fitri Lengkap Bahasa Arab, Indonesia, dan Jawa.
Bagi anda yang ingin mendownload teks khutbah ini, link nya ada di akhir postingan
Layakkah Kita
Merayakan Kemenangan?
Khutbah I
اللَّهُ أَكْبَرُ 9 x، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ، اللَّهُ أَكْبَرُ
كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ
بُكْرَةً وَأَصِيلًا، وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَلَا نَعْبُدُ
إِلَّا إِيَّاهُ، وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا رَسُولُ
اللَّهِ، وَرَحْمَتُهُ الْمُهْدَاةُ، صَلَّى اللَّهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَى سَيِّدَنَا
مُحَمَّد الأَمِيْنِ ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الطَيِّبِيْنَ الطَّاهِريِنَ.
أَمَّا بَعْدُ، فَأُوصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ العَالِيِ
العَظِيْمِ، القَائِلِ فِي كِتَابِهِ الكَريِمِ: قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ
وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ (سورة
يونس:85)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Wasiat takwa senantiasa dan akan terus
mengawali setiap khutbah. Karena dalam kehidupan abadi di akhirat kelak, tidak
ada yang bermanfaat bagi kita kecuali takwa dan amal shalih. Untuk itu,
mengawali khutbah yang singkat ini, kami berwasiat kepada kita semua agar
senantiasa berusaha untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah ta’ala dengan melakukan semua kewajiban
dan meninggalkan seluruh larangan.
Hadirin jamaah
shalat Idul Fitri rahimakumullah,
Selama satu bulan penuh kita telah
menjalani pendidikan dan pelatihan di Madrasah Ramadhan. Selama menempuh
pendidikan di Madrasah Ramadhan, kita tidak hanya dididik untuk memperbaiki
hubungan dengan Allah ta’ala. Tapi
juga dilatih untuk memperbaiki hubungan dengan sesama hamba.
Pada hari ini, di hari raya ini, kita
semestinya merayakan kemenangan sebagai orang-orang yang berhasil melewati
berbagai rintangan selama menjalani pendidikan di Madrasah Ramadhan. Kita
rayakan keberhasilan kita menundukkan hawa nafsu. Kita rayakan kesuksesan kita
mengalahkan tipu daya syetan. Kita rayakan kemenangan karena kita telah
melewati Ramadhan dengan berbagai ibadah dan kebaikan.
Di hari raya ini, kita juga semestinya
merayakan kelulusan dari Madrasah Ramadhan dengan meraih predikat sebagai orang-orang
yang bertakwa. Sebaliknya, jika keluar dari Madrasah Ramadhan kita belum
menjadi pribadi yang bertakwa, belum berhasil menundukkan hawa nafsu dan masih
kalah dengan tipu daya syetan, pantaskah di hari yang fitri ini kita merayakan
kemenangan?. Layakkah kita berhari raya?. Sejatinya, apa yang kita rayakan pada
hari raya ini jika kita belum benar-benar menjadi orang-orang yang bertakwa?
Oleh karena itu, hadirin sekalian, marilah
kita bermuhasabah. Kita introspeksi dan evaluasi diri kita. Apakah kita telah
layak merayakan kemenangan di hari raya ini?.
Hadirin jamaah
shalat Idul Fitri yang berbahagia,
Ramadhan tiada lain adalah madrasah yang
menempa diri kita menjadi pribadi yang lebih baik. Yaitu pribadi yang memenuhi
hak Allah dan hak sesama hamba. Pribadi yang melakukan kewajiban kepada sesama
hamba dan kewajiban kepada Allah subhanahu wata’ala. Ketika menjalani pendidikan dan pelatihan di
Madrasah Ramadhan, kita ditempa untuk menerima berbagai pelajaran. Di
antaranya:
Pertama,
takwa. Tujuan utama dari puasa adalah la’allakum
tattaquun. Artinya, puasa Ramadhan diwajibkan agar menjadi wasilah bagi
kita untuk meraih ketakwaan. Ketika berpuasa, kita mendekatkan diri kepada
Allah dengan meninggalkan syahwat makan, minum dan syahwatsyahwat lainnya. Kita
melakukan hal itu tiada lain karena kecintaan kita kepada Allah lebih besar
daripada kecintaan kita kepada diri kita sendiri. Di bulan Ramadhan, kita
dilatih untuk mempuasakan seluruh anggota badan semampu yang dapat kita
lakukan. Mata berpuasa sehingga tidak melihat yang haram. Lisan berpuasa
sehingga tidak mengucapkan perkataan yang diharamkan. Begitu pula, hidung,
telinga, tangan, kaki dan sekujur badan ikut berpuasa sehingga tidak melakukan
perkara-perkara yang diharamkan. Bahkan jika mampu, hati juga ikut berpuasa.
Puasanya hati adalah mencegahnya secara total dari pikiran-pikiran duniawi dan
segala hal selain Allah ta’ala.
Kedua,
ikhlash. Yakni melakukan ketaatan semata-mata karena Allah. Puasa mengajarkan
kepada kita keikhlasan dan menghindarkan diri dari niat ingin memperoleh pujian
dari sesama. Puasa seorang mukmin adalah rahasia antara dirinya dan Allah.
Tiada yang mengetahui puasanya kecuali Allah dan dirinya sendiri. Jika mau,
sangat mudah bagi kita untuk melakukan hal-hal yang membatalkan puasa tanpa
diketahui oleh orang lain lalu kita tampakkan seolah-olah diri kita masih
berpuasa. Kenapa hal itu tidak kita lakukan?. Karena niat kita lillaahi ta’aalaa, bukan karena yang
lain dan tidak bertujuan memperoleh sanjungan dari sesama makhluk.
Ketiga,
sabar. Di Madrasah Ramadhan, kita dilatih dan dididik untuk bersabar.
Dengan berpuasa, kita belajar sabar dengan tiga jenisnya sekaligus: sabar dalam
melakukan ketaatan, sabar dalam menjauhi kemaksiatan dan sabar dalam menghadapi
musibah. Selama Ramadhan, kita bersabar dalam melakukan shalat-shalat fardlu
maupun sunnah, sabar dalam membaca al Qur’an, sabar dalam beri’tikaf di masjid dan
sabar dalam menjalankan berbagai amal kebaikan yang lain. Kita juga sabar dalam
meninggalkan syahwat makan, minum, berhubungan badan dengan istri dan
syahwat-syahwat lainnya mulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari.
Kita juga dilatih bersabar dalam menghadapi rasa lapar dan rasa haus dan
merasakan apa yang dirasakan oleh mereka yang tidak seberuntung kita.
Keempat,
Mujahadah. Puasa mengajarkan kepada kita untuk melakukan mujahadah, yaitu berjuang menghadapi
hawa nafsu dan godaan syetan dalam berbagai bentuknya.
Kelima,
menjaga lisan. Puasa mengajarkan
kepada kita untuk menjaga lisan jangan sampai mengatakan ucapan yang tidak
diridlai Allah. Baginda Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ
لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
Maknanya: “Barang siapa
yang tidak meninggalkan perkataan dosa dan perbuatan dosa, maka Allah tidak
akan menerima puasanya”
(HR al Bukhari) Keenam, mengendalikan
amarah dan tidak membalas keburukan dengan keburukan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إنما الصوم جنة فإذا كان أحدكم صائماً فلا يرفث ولا يجهل فإن امرؤ
قاتله أو شاتمه فليقل إني صائم إني صائم (رواه الشيخان)
Maknanya: “Sesungguhnya puasa adalah perisai, jika
salah seorang dari kalian sedang berpuasa maka janganlah bersikap keji dan
jangan bertindak bodoh, jika ada orang yang mengganggunya atau mencacinya maka
hendaklah ia berkata: aku sedang berpuasa, aku sedang berpuasa” (HR al
Bukhari dan Muslim)
Ketujuh,
menjaga persatuan, kebersamaan dan saling tolong menolong serta berempati
kepada orang yang membutuhkan. Madrasah Ramadhan mengajarkan kepada umat Islam untuk
bersatu dan saling tolong menolong. Tentu persatuan yang berlandaskan kesatuan
akidah. Shalat tarawih berjamaah, tadarus al Qur’an bersama, berbuka puasa
bersama di waktu yang sama, berbagi takjil di jalanan, i’tikaf bersama di
masjid, kegembiraan menyambut hari raya yang sama, itu semua adalah jembatan
yang menghubungkan antarhati yang sebelumnya mungkin saling membenci, perekat
antarjiwa yang sebelumnya mungkin saling memusuhi serta wasilah yang
mendekatkan antarwarga yang sebelumnya mungkin saling menjauhi. Lalu zakat di
akhir Ramadhan adalah perwujudan dari semangat saling tolong menolong dalam
kebaikan dan membantu saudara-saudara sesama muslim yang membutuhkan.
Kedelapan,
menyambung dan mengokohkan tali shilaturrahim. Ada tradisi yang baik di
kalangan kita menjelang berakhirnya bulan suci Ramadhan, yaitu tradisi weweh, cinjo atau tinjo. Tradisi ini
sejatinya diambil dari ajaran islam yang memerintahkan kita memperbanyak sedekah
di bulan Ramadhan dan bershilaturrahim pada momen menjelang dan pada saat hari
raya. Tradisi tersebut dilakukan dengan cara mengirim makanan, minuman, sembako
atau kue hari raya kepada kerabat dan sanak saudara. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
الصدقةُ على المسكينِ صدقةٌ وعلى ذي الرَّحِمِ ثِنْتَانِ صدقةٌ
وصِلَةٌ (رواه الترمذي
والنسائي)
Maknanya: “Sedekah
kepada orang miskin adalah terhitung sedekah sedangkan sedekah kepada kerabat
terhitung dua: sedekah dan shilaturrahim” (HR at Tirmidzi dan an Nasa’i)
Kesembilan,
mengingat kematian dan kehidupan akhirat. Ada juga tradisi yang
sangat baik yang biasa kita lakukan di akhir bulan Ramadhan, yaitu nyekar: ziarah ke makam keluarga yang
telah meninggal. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
زوروا
القبورَ فإنَّها تذَكِّرُكمُ الآخرةَ (رواه البيهقي)
Maknanya: “Lakukanlah ziarah kubur karena sesungguhnya
ziarah kubur itu mengingatkan kalian akan kehidupan akhirat” (HR al
Baihaqi)
Hadirin yang
mudah-mudahan ditinggikan derajatnya oleh Allah,
Itulah sembilan di antara sekian banyak
pelajaran dari Madrasah Ramadhan. Jika seluruh pelajaran itu sudah berhasil
kita terapkan di bulan
Ramadhan, marilah kita
mempertahankannya setelah kita meninggalkan Ramadhan. Jika kesembilan pelajaran
itu telah menghiasi diri kita baik di bulan Ramadhan maupun di luar bulan Ramadhan,
sungguh kita termasuk orang-orang yang mulia menurut Allah ta’ala. Alangkah indah dan bahagianya kita jika telah menjadi
pribadi yang bertakwa, ikhlash dalam menjalankan ketaatan, selalu bersabar,
kuat menundukkan hawa nafsu dan mengalahkan godaan syetan, mampu menjaga lisan,
dapat mengendalikan amarah dan tidak membalas keburukan dengan keburukan,
menjaga persatuan dan kebersamaan dengan saudara sesama muslim, senantiasa
menyambung shilaturrahim, memperbanyak sedekah serta selalu mengingat kematian
dan kehidupan akhirat. Lebih dari itu apalagi yang kita inginkan?. Dengan
menerapkan 9 pelajaran itu secara istiqamah, kita telah menjadi hamba yang
diridlai Allah dan kelak kita akan meraih kebahagiaan yang sejati, hakiki dan
abadi di akhirat.
Ma’asyiral
Muslimin rahimakumullah,
Demikian khutbah Idul Fitri pada pagi
hari yang penuh keberkahan ini. Semoga Allah menganugerahkan kepada kita
kemampuan dan kekuatan untuk mengamalkan berbagai pelajaran dari Madrasah
Ramadhan dalam kehidupan kita sehari-hari. Dan mudah-mudahan kita diberikan
panjang umur serta dipertemukan kembali dengan Ramadhan pada tahun yang akan
datang.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ
إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ
أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ
سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي إلىَ رِضْوَانِهِ.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ
وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ
اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ
اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ
بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ
النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا
تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ
وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ
أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ
وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ
الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ
وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ
اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ
عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ
خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى
يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ
وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا
وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ
اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا
لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ
بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ
وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ
اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ
اللهِ أَكْبَرْ
Posting Komentar untuk "Khutbah Idul Fitri: Layakkah kita merayakan kemenangan?"