Kumpulan Khutbah Idul Fitri Lengkap Bahasa Arab, Indonesia, dan Jawa.
TintaSantri.com – Sebentar lagi kita akan masuk di bulan syawal dan meninggalkan romadlon yang penuh berkah, Ngadmin akan membagikan kumpulan khutbah idul fitri lengkap bahasa arab, indonesia, dan jawa. Ngadmin hanya berharap keberkahan dan kemanfaatan dari postingan kumpulan khutbah idul fitri lengkap bahasa arab, indonesia dan jawa ini.
Baca Juga: Khutbah Idul Fitri - Pantaskah Kita Merayakan Hari Kemenangan
Daftar Isi
Melansir NU Online dalam artikel berjudul Tata Cara Khutbah Idul Fitri atau Idul Adha, pelaksanaan khutbah id (Idul Fitri dan Idul Adha) sama seperti khutbah pada shalat Jumat. Hanya saja ada beberapa tambahan teknis. Berikut adalah tata cara khutbah Idul Fitri lengkap. Rukun khutbah pada shalat id tidak berbeda dari rukun khutbah pada shalat Jumat, yakni memuji Allah, membaca shalawat, berwasiat tentang takwa, membaca ayat Al-Qur'an pada salah satu khutbah, serta mendoakan kaum Muslimin pada khutbah kedua. Khutbah dilaksanakan dua kali, di antara dua khutbah tersebut khatib disunnahkan untuk duduk (bagi yang mampu berdiri).
Berbeda dengan khutbah jumat yang dilaksanakan sebelum sholat, khutbah idul fitri dilaksanakan setelah sholat idul fitri. Imam Al-Ghazali dalam risalahnya berjudul al-Adab fid Din dalam Majmu'ah Rasail al-Imam al-Ghazali menyebutkan diantara adab-adab seorang khatib adalah:
- Berangkat ke masjid dengan hati dan pikiran tenang
- Terlebih dahulu shalat sunnah dan kemudian duduk dengan khidmat.
- Melangkah menuju mimbar dengan rasa terhormat seakan-akan hendak mengatakan sesuatu kepada Yang Maha Perkasa.
- Naik ke tangga mimbar dan berdiri di mimbar dengan khusyu’ sambil berdzikir.
- Berputar untuk menatap para hadirin dengan penuh konsentrasi dan kemudian segera beruluk salam kepada mereka agar mereka mendengarkan.
- Merasa yakin bahwa yang disampaikan bermanfaat.
Khutbah Idul Fitri - Evaluasi Capaian Ramadlan Kita
Khutbah I
اَللهُ أَكْبَرْ (٩×) لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرْ، اَللهُ أكْبَرْ وَللهِ الْحَمْدُ
اَللهُ أَكْبَرُ مَا تَعَاقَبَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ، اَللهُ أَكْبَرُ مَا اصْطَلَحَ التَّائِهُوْنَ مَعَ اللهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى فَصَفَحَ عَنْهُ وَتَابَ وَغَفَرَ. اَللهُ أَكْبَرْ ، اَللهُ أَكْبَرْ ، اَللهُ أَكْبَرْ. سُبْحَانَ رَبِّيْ مِلْءَ الْمِيْزَانِ، سُبْحَانَ الْمُسَبَّحِ فِىْ كُلِّ مَكَانٍ، سُبْحَانَ مَنْ اَدْخَلَ عِبَادَهُ الْمُؤْمِنِيْنَ اِلَى الْجِنَانِ، سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ للهِ وَلَا اِلَهَ الَّا اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ
اَلْحَمْدُ للهِ حَمْدًا يُكَافِيْ نِعَمَهُ، وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ. سُبْحَانَ اللَّهُمَّ لَا أُحْصِيْ ثَنَاءً عَلَيْكَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ. اَشْهَدُ اَنْ لا اله الا الله وحده لا شريك له، واشهد ان محمدا عبدُه ورسولُه وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُهُ، خيرُ نَبِيٍّ اَرْسَلَهُ اللهُ لِلْعَالَمِيْنَ بَشِيْرًا وَنَذِيْرَا.
اللهم صل وسلم على سيدنا محمد، وعلى آل سيدنا محمد، صلاة وسلاما دائمين متلازمين الى يوم الدين. اما بعد
فيا عباد الله. أُوْصِيْنِي نَفْسِي وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. فَقَدْ قَالَ عَزَّ مَنْ قَائِلٌ قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ
Hadirin, sidang jamaah shalat idul fitri hafidhakumullah,
Kita baru saja berpisah dengan bulan Ramadhan. Ramadhan telah pergi, dan kita tak pernah tahu, apakah akan berjumpa lagi dengannya di tahun berikutnya atau tidak. Dalam menjalani Ramadhan, setidaknya ada dua kelompok jenis manusia yang perlu kami sampaikan.
Yang pertama adalah orang yang mengerti dan memenuhi hak-hak Ramadhan sebagaimana mestinya. Mereka puasa di siang harinya, beribadah di malam harinya, dan makan dari harta yang halal, menjauhi kemaksiatan yang dilarang oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Mereka bersungguh-sungguh beribadah dengan tujuan meraih ridla Allah subhanahu wa ta’ala. Mereka adalah orang-orang yang pagi ini mendapatkan upah atas segala jerih payah yang mereka kerahkan.
Kelompok orang dari jenis yang pertama ini adalah ahlullah. Mereka akan menjadi orang spesial di hadapan Allah pada waktu bumi ini sudah diganti bukan berbentuk bumi, langit sudah berganti tidak sebagaimana langit yang kita saksikan, dunia ini sudah rusak luluh lantak, di mana para manusia telah memasuki era baru akhirat. Hasil tanaman amal-amal hamba mulai ditampakkan, peluh keringat ibadah mereka selama di dunia akan dibayar gajinya dengan ganjaran yang berlipat ganda.
وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ
Artinya: “Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung.” (QS Ali Imran: 185)
Orang-orang yang beriman, menjalani puasa dengan baik, kelak akan tampak riang gembira, bersuka cita, menikmati anugerah yang begitu agung yaitu bisa memandang Allah subhanahu wa ta’ala:
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ
“Wajah-wajah pada hari itu (hari kiamat) ada yang berseri-seri.”
إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ
“Kepada Tuhannyalah mereka melihat.” (QS Al-Qiyamah 22-23)
Pada hari itu pula para malaikat gembira melihat orang-orang mu’min, mereka masuk ke surga dari semua pintu-pintu yang disediakan atas buah kesabaran mereka menahan hawa nafsu makan, minum, dan maksiat lain di bulan Ramadhan serta mereka juga sabar menjalankan ibadah malam dan ibadah lain, sehingga atas kesabaran mereka, dikatakan:
سَلَامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ
Artinya: “Malaikat-malaikat itu mengucapkan (Kesejahteraan buat kalian) yakni pahala ini (berkat kesabaran kalian) sewaktu kalian di dunia (maka alangkah baiknya tempat kesudahan ini) akibat dari perbuatan kalian itu.” (QS Ar-Ra’d: 24)
Allâhu akbar, Allâhu akbar, Allâhu akbar, walillâhil hamdu
Dalam sebuah hadits, Rasulullah menyatakan, di dalam bulan Ramadhan ada lima hal yang tidak pernah diberikan kepada satu umat pun sebelum Nabi Muhammad ﷺ yaitu pada malam pertama Ramadhan, Allah memandang kepada semua umat Muhammad. Barangsiapa pernah dipandang oleh Allah, tidak pernah disiksa selamanya. Kedua, mulut orang yang berpuasa ketika memasuki sore hari, baunya secara hakikat, menjadi lebih harum daripada minyak kasturi. Ketiga, setiap sehari semalam, selama Ramadhan, para malaikat memintakan ampunan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Keempat, Allah bersabda kepada surga, “Persiapkan tempatmu, hiasilah dirimu dengan perhiasan yang indah untuk hamba-Ku yang meluangkan diri meninggalkan kerepotan atau hiruk pikuk duniawi, kemudia sibuk menuju kepada kemurahan-Ku.”
Dan ini yang paling penting, Hadirin. Yang kelima, pada malam terakhir bulan Ramadhan, Allah mengampuni dosa mereka semua.
Mendengar Rasulullah ﷺ menyatakan tentang pengampunan dosa ini, salah satu sahabat lalu bertanya kepada Baginda Nabi ﷺ:
يَا رَسُوْلَ اللهِ أَهِيَ لَيْلَةُ الْقَدَرِ؟
“Apakah karena mereka memperoleh malam lailatul qadar, Ya Rasul?”
قَالَ : لَا أَلَمْ تَرَ إِلَى الْعُمَّالِ يَعْمَلُوْنَ، فَإِذَا فَرَغُوْا مِنْ أَعْمَالِهِمْ وُفُّوْا أُجُوْرَهُمْ
Rasul menjawab: “Bukan, apakah kamu tidak melihat para karyawan yang sedang bekerja? Ketika mereka telah menyelesaikan tugas mereka, tentu mereka akan mendapatkan gajian. (Syu’abul Iman: 3331)
Pada intinya, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an:
فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Artinya: “Tak seorang pun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.” (QS As-Sajdah: 17)
Allâhu akbar, Allâhu akbar, Allâhu akbar, walillâhil hamdu
Kelompok atau jenis manusia yang kedua adalah orang-orang yang tidak menghormati Ramadhan dengan baik. Kelompok ini dibagi menjadi dua bagian. Yang pertama adalah orang-orang yang tidak mengindahkan perintah Allah atas dasar sombong. Merea tidak mau puasa dan lain sebagainya karena tidak percaya kepada perintah Al-Qur’an dengan faktor keangkuhan di hati mereka. Orang-orang yang seperti ini, sebagaimana difirmankan oleh Allah dalam Al-Qur’an:
إِنَّ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَاسْتَكْبَرُوا عَنْهَا لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُجْرِمِينَ
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan. (QS Al-A’raf: 40)
إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". (QS Al-Mu’min:60)
Satu kelompok lagi adalah orang-orang yang tidak berpuasa, tidak memenuhi hak-hak Ramadhan dengan baik namun tidak didasari dengan kesombongan. Mereka orang-orang yang sembrono dalam menjalani hidup namun dalam hati mereka tertancap keyakinan bahwa yang mereka lakukan adalah kesalahan, maksiyat kepada Allah, akan tetapi mereka merasa kalah dengan serangan nafsu amarah mereka, mereka adalah termasuk orang yang lemah.
وَخُلِقَ الْإِنْسَانُ ضَعِيفًا
Artinya: “Manusia diciptakan dalam keadaan lemah.” (QS An-Nisa’: 28)
Pada kelompok ini, ketika mereka meninggalkan kewajiban puasa, misalnya, mereka sembari bermunajat kepada Allah, “Ya Allah, saya sedang sembrono, tidak mengindahkan perintah-Mu, kami kalah dengan godaan hawa nafsu, godaan saya teramat berat, semoga Engkau mengampuni kami, terimalah tobat kami.” Maka, tidak diragukan lagi, Allah pasti akan mengampuni mereka sebab Allah maha pengampun, meskipun kewajiban seperti qadla puasa dan lain sebagainya tetap harus dijalankan.
Pada satu hadits Qudsi shahih, Allah berfirman:
أَذنَب عبْدٌ ذَنْبًا فقالَ: اللَّهُمَّ اغفِرْ لِي ذَنْبِي، فَقَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعالى: أَذْنَبَ عبدِي ذَنْبًا، فَعَلِم أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ، وَيَأْخُذُ بِالذَّنبِ، ثُمَّ عَادَ فَأَذْنَبَ، فَقَالَ: أَيْ ربِّ اغْفِرْ لِي ذَنْبِي، فَقَالَ تبارك وتعالى: أَذْنَبَ عبدِي ذَنْبًا، فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغفِرُ الذَّنبَ، وَيَأخُذُ بِالذَّنْبِ، ثُمَّ عَادَ فَأَذْنَبَ، فَقَالَ: أَي رَبِّ اغفِرْ لِي ذَنبي، فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالى: أَذْنَبَ عَبدِي ذَنبًا، فعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ، وَيَأْخُذُ بِالذَّنبِ، قد غَفَرْتُ لِعَبْدِي فَلْيَفْعَلْ مَا شَاءَ
Artinya: “Ada hamba-Ku yang melaksanakan dosa, lalu ia berdoa ‘Ya Allah, ampunilah dosa kami’, lalu Allah bersabda lagi, ada hamba-Ku yang melaksanakan dosa, ia sadar, tahu bahwa dia punya Tuhan yang maha mengampuni dosa, ia melakukan dosa lagi, ia berdoa lagi, ‘Ya Allah, ampunilah dosa kami’, lalu ia berdoa ‘Ya Allah, ampunilah dosa kami’, lalu Allah bersabda lagi, ada hamba-Ku yang melaksanakan dosa, ia sadar, tahu bahwa dia punya Tuhan yang maha mengampuni dosa, ia melakukan dosa lagi, ia berdoa lagi, ‘Ya Allah, ampunilah dosa kami’, Aku ampuni hamba-Ku, maka lakukan apa saja yang ia mau.” (Muttafaq ‘alaih)
Hal penting yang perlu dicatat pada hadits ini adalah jika ada hamba melaksanakan dosa dengan diikuti perasaan diawasi oleh Allah selalu dan kemudian menyesali, tiba-tiba mengulangi lagi dan seterusnya, namun ia selalu meminta ampun kepada Allah seraya merasa bersalah dan meyakini bahwa Allah maha pengampun, Allah akan mengampuni mereka.
Dosa yang sangat besar adalah apabila ada orang bermaksiat kepada Allah namun motifnya ia sombong kepada Allah, tidak mau merunduk dan mengakui kesalahannya kepada Allah, padahal nyata-nyata yang ia kerjakan adalah kesalahan, dosa yang seperti ini sangat berbahaya.
Berbeda apabila dalam hati kecil selalu merasa bersalah, namun terkadang tergelincir secara berulang-ulang dan meminta ampun, gelisah, menyesal dan bertobat terus, walaupun berulang, akan diampuni Allah, karena memang manusia tempatnya kelemahan. Ia tidak bisa membentengi pribadinya masing-masing secara seratus persen. Masing-masing sesuai dengan kekuatan iman yang tidak sama.
Allâhu akbar, Allâhu akbar, Allâhu akbar, walillâhil hamdu
Pada pagi yang sangat indah ini, kami mengajak kepada saudara-saudara sekalian. Marilah kita mensyukuri nikmat-nikmat yang Allah berikan berupa kita bisa menjalankan puasa sebulan penuh beserta ibadah malam-malamnya. Kita patut bergembira atas anugerah dan rahmat Allah tersebut.
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا
Artinya: “Katakanlah Wahai Muhammad ‘Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira” (QS Yunus: 85)
Apabila di antara kita ada yang tidak memenuhi Ramadhan dengan sebaik-baiknya, marilah kita bermunajat kepada Allah, memohon ampun kepada Allah, semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita. Sebagai konskwensinya, secara syariat, apabila ada yang meinggalkan puasa, seharusnya puasa yang ditinggalkan untuk diqadla atau diganti puasa pada hari yang lain.
Mari kita berdoa, semoga Allah senantiasa memberikan bimbingan, taufiq, hidayah serta inayah-Nya supaya kita dan keluarga kita selalu menjadi orang yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, pada puncaknya, kelak saat kita akan menghadap Allah sang Pencipta, kita akan meninggalkan dunia ini dengan husnul khatimah, amin.
جعلنا الله وإياكم من العائدين والفائزين والمقبولين كل عام وأنتم بخير. آمين
بسم الله الرحمن الرحيم، وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَ. وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وارْحَمء وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.
Khutbah II
الله أكبر(٥×) لا اله الا الله والله أكبر، الله أكبر ولله الحمد
الحمد لله الذى وحده صدق وعده واعز جنده وهزم الاحزاب وعده ولا حول ولا قوة الا بالله. اللهم فصل وسلم على سيدنا محمد صاحب كنز الرحمة وعلى آله وصحبه ومن والاه، اما بعده، فيا ايها الحاضرون اتقوا الله، اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن الا وانتم مسلمون. قال الله تعالى فى كتابه الكريم والعصر ان الانسان لفى خسر الا الذين آمنوا وعملوا الصالحات وتواصوا بالحق وتواصوا بالصبر. اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الاحياء منهم والاموات، اللهم اعز الاسلام والمسلمين واهلك الكفرة والظالمين. اللهم لا تسلط علينا بذنوبنا من لا يخافك ولا يرحمنا. اللهم اجعل بلدتنا اندونيسيا بلدة طيبة تجرى فيها احكامك ورسولك، برحمتك يا ارحم الراحمين.
فيا عباد الله ان الله يأمر بالعدل والاحسان وايتاء ذى القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر ولذكر الله أكبر
Khutbah Idul Fitri: Makna Idul Fitri dan Syawal
Khutbah I
الله أكبر الله أكبر الله أكبر، الله أكبر الله أكبر الله أكبر، الله أكبر الله أكبر الله أكبر
اللهُ اَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّهِ كثيرا وسبحان الله بُكْرَةً وَأصِيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ
اللهُ اَكْبَرْ وَ للهِ اْلحَمْدُ
اْلحَمْدُ للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وعلى اله وأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أما بعد: فيايها الإخوان، أوصيكم و نفسي بتقوى الله وطاعته لعلكم تفلحون، قال الله تعالى في القران الكريم: أعوذ بالله من الشيطان الرجيم، بسم الله الرحمان الرحيم: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
صدق الله العظيم
Ma’asyiral Muslimin hafidhakumullah,
Pada saat ini kita semua patut bersyukur bahwa bulan suci Ramadhan baru saja kita lalui bersama dengan baik. Ini berarti kita semua telah lulus ujian, yakni berhasil menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh sesuai dengan ketentuan syari’at. Sekarang juga, kita patut bergembira karena di samping telah berhasil menambah pundi-pundi pahala, juga dosa-dosa kita diampuni oleh Allah subhanahu wata’ala. Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu sebagai berikut:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya, “Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”
Dari hadits tersebut lahirlah makna Idul Fitri yang dalam konteks Indonesia tidak hanya secara bahasa bermakna Hari Raya setelah berakhirnya Ramadhan, atau yang dalam Kamus Al-Maany dimaknai sebagai اَليَوْمُ اْلأوَّلُ الَّذِي يَبْدَأُ بِهِ الإفْطَارُ لِلصَّائِمِيْنَ (hari pertama bagi orang-orang yang berpuasa Ramadhan mulai kembali berbuka [dengan makan dan minum seperti di hari-hari biasa]), tetapi juga secara konseptual bermakna “kembali suci” seperti ketika kita baru terlahir ke dunia.
Makna secara konseptual tersebut, yakni “kembali suci”, secara budaya telah diterima umat Islam Indonesia dari generasi ke generasi dengan merujuk pada maksud hadits di atas. Setidaknya hal ini merupakan doa kita semua kepada Allah dan semoga dikabulkan. Amin. Namun demikian perlu ada ketegasan bahwa yang dimaksud “kembali suci” dalam konteks ini adalah terbebas dari dosa-dosa kepada Allah subhanahu wata’ala saja karena hanya menyangkut hablum minallah. Sedangkan “kembali suci” dari dosa-dosa kepada manusia tidak otomatis terjadi karena hal ini menyangkut hablum minannas. Semua persoalan yang terkait dengan sesama manusia harus diselesaikan sendiri antar sesama manusia.
Oleh karena itu, kita akan benar-benar mencapai Idul fitri dalam arti “kembali suci” seperti ketika baru terlahir ke dunia apabila urusan dosa-dosa dengan sesama manusia bisa kita selesaikan dengan berakhirnya Ramadhan. Tentu saja lebih baik urusan dosa dengan sesama manusia bisa kita selesaikan sesegera mungkin tanpa menunggu berakhirnya Ramadhan. Jadi maksudnya, jangan sampai hingga datangnya bulan Syawal ini kita masih memiliki dosa-dosa dengan sesama manusia yang belum terselesaikan.
Jika itu terjadi, maka sudah pasti dosa-dosa kepada sesama manusia tersebut akan menghalangi kembalinya kita kepada “fitrah” atau “suci”. Hal inilah yang kemudian melahirkan tradisi saling bermaaf-maafan diantara umat Islam yang di Indonesia dikenal dengan Halal bi halal. Tradisi ini tentu saja baik karena dapat memperbaiki hubungan antar sesama manusia yang kadang-kadang memang sulit terhindar dari konflik, ketegangan dan bahkan permusuhan.
Ma’asyiral Muslimin hafidhakumullah,
Datangnya Idul Fitri membawa kita semua kembali pada kesucian sebagaimana telah diuraikan di atas. Lalu, bagaimanakah kita menyikapi hari-hari setelah kita kembali pada keadaan suci ini? Setidaknya ada dua jawaban sebagai berikut:
Pertama, kita hendaknya meneruskan kebaikan yang sudah dicapai selama Ramadhan. Dalam kaitan ini Syekh Muhammad ibn ‘Umar Nawawi al-Bantani mengingatkan salah satu dari kesepuluh amaliah sunnah Ramadhan dalam kitabnya berjudul Nihâyah al-Zain fî Irsyâd al-Mubtadi’in, yakni istiqamah dalam menjalankan amaliah Ramadhan dan melanjutkan amaliah-amaliah tersebut di bulan-bulan berikutnya.
Jika kita bisa melanjutkan amaliah-amaliah sunnah di bulan Ramadhan seperti menahan lisan dan anggota badan lainnya dari perkara-perkara yang tak berguna - apalagi perkara-perkara haram, memperbanyak sedekah, memperbanyak i'tikaf, mengkhatamkan Al-Quran setidaknya sebulan sekali, dan sebagainya, maka itu berarti kita melakukan upaya peningkatan kualitas ruhani kita. Peningkatan semacam itu sejalan dengan makna kata “Syawal” (شَوَّالُ) yang secara etimologis berasal dari kata “Syala” (شَالَ) yang berarti “irtafaá” (اِرْتَفَعَ) yang dalam bahasa Indonesia berarti “meningkatkan”.
Tentu saja mungkin kita tidak bisa melakukan persis sama dengan apa yang kita lakukan selama Ramadhan dalam rangka peningkatan amal karena berbagai alasan seperti kesibukan menjalankan tugas sehari-hari dan sebagainya. Tetapi setidaknya ada ikhtiar kita untuk melestarikan ibadah-ibadah seperti itu, misalnya dengan menjauhi maksiat, berpuasa 6 hari di bulan Syawal dan sebagainya. Ramadhan memang dimaksudkan sebagai bulan tarbiyah atau bulan pendidikan dimana umat Islam digembleng selama sebulan penuh agar menjadi orang-orang yang bertakwa kepada Allah subhanahu wata’ala.
Ma’asyiral Muslimin hafidhakumullah,
Kedua, menjaga agar kita tidak mengalami kebangkrutan amal yang telah kita raih baik sebelum dan selama Ramadhan dengan cara tidak menzalimi orang lain. Dalam hal ini Rasulullah shallahu alaihi wa sallam menjelaskan tentang kebangkrutan amal sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah dalam sebuah berikut ini:
أَتَدْرُوْنَ مَا الْمُفْلِسُ؟ قَالَ
Artinya, “Tahukah kalian siapakah orang yang mengalami kebangkrutan amal? Tanya Rasulullah kepada para sahabat. Mereka menjawab:
قَالُوْا: اَلْمُفْلِسُ فِيْنَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ
Artinya, “Para sahabat menjawab : Orang bangkrut menurut pendapat kami ialah mereka yang tiada mempunyai uang dan tiada pula mempunyai harta benda.”
فَقَال
Artinya, “Maka Nabi menjawab”:
إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي، يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ، وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هٰذَا، وَقَذَفَ هٰذَا، وَأَكَلَ مَالَ هٰذَا، وَسَفَكَ دَمَ هٰذَا، وَضَرَبَ هٰذَا. فَيُعْطِى هٰذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهٰذَا مِنٰ حَسَنَاتِهِ. فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ، قَبْلَ أَنْ يَقْضَى مَا عَلَيْهِ، أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ. ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ
Artinya, “Sesungguhnya orang bangkrut dari umatku ialah mereka yang pada hari kiamat membawa amal kebaikan dari shalat, puasa, dan zakat. Tetapi mereka dahulu pernah mencaci maki orang lain, menuduh (dan mencemarkan nama baik) orang lain, memakan harta orang lain, menumpahkan darah orang lain dan memukul orang lain. Maka kepada orang yang mereka salahi itu diberikan pahala amal baik mereka; dan kepada orang yang lain lagi diberikan pula amal baik mereka. Apabila amal baik mereka telah habis sebelum utangnya lunas, maka diambillah kesalahan orang yang disalahi itu dan diberikan kepada mereka; Sesudah itu, mereka yang suka mencaci, menuduh, memakan harta orang lain, menumpahkan darah orang lain, dan memukul orang lain itu, akan dilemparkan ke dalam neraka.”
Ma’asyiral Muslimin hafidhakumullah,
Hadits tersebut hendaklah dapat kita hayati bersama karena memberikan kesadaran kepada kita betapa pentingnya menghindari perbuatan mendzalimi sesama manusia. Alasannya adalah kedzaliman-kedzaliman seperti itu dapat membuat kita bangkrut secara agama, yakni ludesnya amal-amal kebaikan kita yang telah kita kumpulkan dengan susah payah selama bertahun-tahun, bahkan selama hidup kita.
Utuk itu apabila kita sayang pada diri sendiri, maka jagalah agar amal-amal baik kita bisa kita rawat dengan sebaik-baiknya sehingga tidak musnah sia-sia, dengan cara kita harus bisa mengendalikan diri kita sehingga orang lain selamat dari perbuatan mendzalimi orang lain seperti: menyakiti hati, menghujat dan memaki, memfitnah dan menuduh tanpa bukti, mengambil hak seperti mencuri dan korupsi, membunuh, menyakiti secara fisik, dan sebagainya.
Ma’asyiral Muslimin hafidhakumullah,
Mudah-mudahan apa yang khatib sampaikan tadi terkait dengan apa yang harus kita lakukan setelah Ramadhan, dapat bermanfaat bagi kita semua, dan khususnya bagi khatib pribadi. Mudah-mudahan pula kita semua senantiasa mendapat petunjuk dari Allah subhanahu wata’ala sehingga hal-hal jelek seperti yang tadi khatib kemukakan benar-benar dapat kita hindari bersama, dan akhirnya kita semua kelak diterima di sisi Allah subhanahu wata’ala dan ditempatkan di surga bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan orang saleh lainnya. Amin… Amin ya Rabbal 'alamin.
أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ. إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الاَبْتَرُ
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ.. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
اللهُ اَكْبَرْ (٣×) اللهُ اَكْبَرْ (٤×) اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Khutbah Idul Fitri Bahasa Jawa: Kesolehan Individual saha Kesolehan Sosial
Khutbah I
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهُ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لا إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ اِلدّيْنُ وَلَوْ كَرِهَ اْلكَافِرُوْنَ. لآ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَهَزَمَ الأَحَزَابَ وَحْدَهُ. لآ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ.
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى أَمَـرَنَـا أَنْ نُـقِيـْمَ الإِجْتِـمَـاعَ وَالإِتِّـحـَادَ وَالـتَّـوَدُّدَ بَـيْـنَ الْـعِبـَادِ وَنَهـَانـَا عَـنِ الـتَّـفَرُّقِ وَالتَّبَـاغُضِ وَالإبْتِعَـادِ. أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى مِنْ إِلَهٍ أَعَادَ اْلأَعْيَادَ، وَادَّخَرَهَا بِكُلِّ عَمَلٍ فى يَـوْمِ الْـمَعَـادِ، وَأَطَالَ الأَجَالَ إِلَيْهَــا لِيَنَالـُوْا بِفَضْلِهَــا الْجَزَاءَ الْمُـؤَبَّـدَ.
أَشْهَدُ أَنْ لا إِلَهَ إِلّا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيْكَ لَهُ اْلـفَـْردُ الـصَّـمَــدُ، وأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْحَـائِزُ الشَّـرَفَ فَـوْقَ اْلـعِبَـادِ، صَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الَّـذِى أَرْشَـدَنَـا اِلَى سَـبِيْـلِ الـرَّشَـادِ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ كَانُوا يَعْـتَـصِـمُـْونَ بِشَـرِيـْعَـتِـهِ حَقَّ الْإِعْـتِمَـادِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا إِلَى يَوْمِ الْـمَعَـادِ ، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا مَعَاشِرَ الْحَاضِرِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقُاتِهِ وِلا تَمُوْتُنَّ إِّلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ قال فى القُرءانِ العَظيمِ وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَىٰ فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَىٰ
وَاعْلَمُوْا أَيضاً أَنَّ يَوْمَكُمْ هَذَا يَوْمٌ عَظِيْمٌ وَعِيْدٌ مُبَارَكٌ سَعِيْدٌ كَرِيْمٌ، أُحِلَّ لَكُمْ فِيْهِ الطَّعَامُ وَحُرِّمَ عَلَيْكُمْ فِيْهِ الصِّيَامُ.
Jama’ah sholat Idul Fitri rahimakumullah
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَر وَللهِ الْحَمْدُ
Mangga kita sesarengan ngaturaken puji syukur soho pengalembana wonten ngarsa dalem Allah Ta’ala, inggih awit saking kanugerahan lan kanikmatan, langkung langkung yuswo panjang ingkang kaparingaken dateng kita sedaya sahingga enjang menika kita kaparingan saget menangi malih dinten riyadin Idul Fithri punika kanti kebak kabingahan lan kebahagiaan. Mekaten ugi anggen kita sami nindakaken kewajiban kita shiyam Ramadlan sampun pinaringan paripurna. Panyuwun kita mugi katampia sedaya amal ibadah kita saklebetipun wulan Ramadlan kepengker wonten ngarsa dalem Allah Subhanahu wa Ta’ala. Amiin.
Ugi mboten kesupen, mangga kita tambahi taqwa lan tha’at kita dateng Allah kanti ikhtiyar lan mbudidaya amrih saget nindakaken sedaya dawuh lan perintahipun lan nilar soho nebihi sedoyo awisanipun. Menopo malih ing dinten ingkang kebak rahmat lan maghfirah punika, ampun ngantos kita kotori kanti kemakshiyatan ingkang mboten dipun ridlani dening Allah Ta’ala.
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَر وَللهِ الْحَمْدُ
Jamaah Idul Fitri rahimakumullah
Ramadhan, wulan ingkang kebak rahmah saha magfirah sampun nilaraken kita sedaya. Ramadhan saget kita wastani wulan “kawah candra dimuka” kagem kita sedoya. Kathah hikmah, fadhilah serta faedah ingkang saget kita pendet saking madrasah “Ramadhan” minangka bekal kagem ngadepi gesang 11 wulan ingkang bade dateng. Selama setunggal wulan, milai terbitipun fajar shodiq (waktu subuh) ngantos surupipun surya (waktu maghrib), kita dipun didik kagem meper hawa nafsu. Maem, ngunjuk, hubungan suami-istri, ingkang wonten wulan sanesipun Ramadhan hukumipun halal, wonten wulan Ramadhan kita tilaraken, seolah-olah, kados perkawis ingkang haram.
Semanten ugi saking aspek hubungan sosial, awit kita ngraosaken ngeleh, ngelak, kita lajeng anggadahi sifat mesakaken, trenyuh (empati) dateng sederek-derek kita ingkang hidup dalam keterbatasan ekonomi. Menapa ingkang kita raosaken ngele saha ngelak wonten sakdanguni siyam ramadhan, meniko ugi ingkang dipun raosaken sedulur kita, mboten namung wonten ing wulan ramadhan mawon, anganing sepanjang tahun, sebagain sederek kita tansah ngraosaken ngele saha ngelak.
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَر وَللهِ الْحَمْدُ
Pramila saking menika, paling tidak, wonten kalih pelajaran/pesan saking madrasah Ramadhan, inggih menika:
Sepisan: Ramadhan minangka sarana kagem Tahdzibun Nafsi (bersihaken nafsu)
Hujjatul Islam, Abu Hamid al-Ghazâlî ngendika: bilih ing manungsa punika wonten sekawan sifat; tigang sifat ingkang saget nyebabken cilakanipun manungsa, satunggal sipat ingkang saged nuntun manungsa dhateng lawang kabingahan. Kapisan, sifat hayawan (بَهِيْمَةْ). Sifat bahimah menika anggadahi pertandha mbenerake sembarang cara kanggo nggayuh goal (tujuan) tanpa isin. Kapindho, sifat hewan galak (سَبُعِيَّةْ). Tandanipun sifat menika, agawe tumindak dzalim saha pengin menang pyambak, tanpa merduliaken sifat kamanungsan. Sing kuwat mesthi menang, sing ringkih mesthi kalah senajan bener. Kaping telu, sifat syaitan; inggih menika sifat ingkang ngajak dateng angkara murka, ngasoraken derajatipun manungsa kanthi nerjang wewaleripun agami.
Menawi 3 sifat kasebut luwih dominan dateng pribadi-pribadi, masyarakat utawa bangsa, bakal kedadean peristiwa sing banget mrihatinake ing tatanan sosial. Ing ngendi kaadilan bakal dipindhah dening kezaliman, hukum bisa dituku nganggo duwit, undang-undang dipesen mawi dhuwit dolar, angel mbedakake antarane hibah utawi hadiah kalian nyuap, panguwasa lali tanggung jawabe, wong ora ngerti kewajibane, kabeh panggonan bakal dadi kebak ala, lan barang becik dadi barang sing diasingake, pungkasane, ketaatan dikalahake dening maksiat lan liya-liyane.
Dene sifat ingkang saget nyelametaken kita, namung sifat rububiyah (رُبُوْبِيَّةْ); inggih menika sifat ingkang kebak keimanan, ketaqwaan sarta kesabaran. Tiyang ingkang saged ngoptimalaken sifat rububiyah wonten ing jiwanipun, tamtunipun gesangipun badhe pikantuk dening cahyaning Al-Qur’an, tindak-tandukipun dipunhiasi akhlak ingkang luhur (akhlaqul karimah). Salajengipun badhe dados manungsa ingkang muttaqin.
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَر وَللهِ الْحَمْدُ
Jamaah sholat Idul Fitri rahimakumulloh
Kapindho, Ramadhan mendidik kita supados soleh secara individual saha soleh secara sosial.
Syiyam menika minangka “riyadhah mubasyarah” (latihan langsung) kanggo ngrasakake lara lan rintihane wong kang kurang beruntung. Kita ngelih, ngelak, malah kurang turu, kabeh iku nglatih kita kanggo nuwuhake rasa prihatin dateng sederek/sedulur kita ingkang mboten beruntung. Islam ngajaraken dateng kita sedaya, supados soleh secara individual saha soleh secara sosial. Soleh secara individual, ateges kita kedah nindakaken sedaya tugas saha kewajiban ngibadah dateng Allah SWT. Anapun sholeh secara sosial, kita kedah anggadahi sifat perduli dateng sederek/sedulur ingkang, paring pambiyantu, pitulung dateng tiyang ingkang mbetahaken.
Jamaah sholat Idul Fitri rahimakumulloh
Gusti Allah Dawuh wonten ing surat al-Baqarah ayat: 177:
لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَىٰ حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا ۖ وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ ۗ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
“Kabecikan iku dudu madhep wetan lan kulon, nanging kabecikan kang sejati, yaiku wong-wong kang padha iman marang Allah, dina akhir, para malaikat, kitab-kitab, lan para nabi, sarta menehi barang-barang kang ditresnani marang sanak-sedulure, bocah-bocah yatim, wong-wong miskin lan wong-wong kang ana ing dalan (wong musafir), wong sing ngemis, lan kanggo mbebasake budak, sarta wong sing sholat lan mbayar zakat, wong sing netepi janji nalika janji, lan wong sing sabar ing kemiskinan lan kasangsaran, lan ing mangsa perang. Dheweke iku wong sing bener, lan dheweke uga wong sing taqwa.“
Miturut Prof. Dr. Wahbah azzuhaili, ahli tafsir Al Qur’an saking Syiria, Qs. Al-Baqarah ayat 177 maringi pitedah bilih manungsa badhe pikantuk kabecikan ingkang sejati menawi saged nindakaken gangsal perkawis, inggih punika:
1. Iman marang Allah, dina akhir, para malaikat, kitab-kitab, lan para nabi
2. Menehi barang-barang kang ditresnani marang sanak-sedulure, bocah-bocah yatim, wong-wong miskin lan wong-wong kang ana ing dalan (wong musafir), wong sing ngemis, lan kanggo mbebasake budak.
3. Nindaaken sholat lan mbayar zakat.
4. Netepi janji nalika janji
5. Sabar ing kemiskinan lan kasangsaran, lan ing mangsa perang
Mugi-mugi pasa ingkang kita tindakaken saged mbentuk watak saha pribadi kados ingkang kasebat wonten ing Qs. al-Baqarah ayat 117.
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَر وَللهِ الْحَمْدُ
Jama’ah sholat Idul Fitri rahimakumullah
Wulan Ramadhan ingkang kebak rohmah, maghfiroh soho pembebasan saking neroko sampun nilaraken kita sedoyo. Ramadhan sampun paring piwulang soho pendidikan dateng kita sakdangune setunggal wulan. Wonten wulan Ramadhan kita sampun saget nindakaken tranformasi nilai-nilai beragama (having religion). Selama setunggal wulan kita saget nidakaken sholat berjamaah, tadarus al-Qur’an, qiyamul lail kanthi nindakaken sholat terawih soho amalan-malan sunnah sanesipun. Sakmeniko, kita sampun mlebet wonten wulan syawwal ingkang artosipun wulan peningkatan. Ateges, mulai wulan syawal niki kedah wonten peningkatan ibadah dibanding 11 wulan kapengker. Pramilo wonten wulan syawal meniko, kita kedah lan sampun wancinipun nindakaken “internalisasi nilai” (having relegiuos). Ateges, tugas kita mulai wulan syawal niki, nerusaken ibadah ingkang sampun kita tindakaken sakdangunipun wulan ramadhan, ngantos 11 bulan ingkang bade ngajeng. Mangga tetep kita nindaken sholat kanthi berjamah, tetap maos al-Qur’an, tetep qiyamullail, sregep shodaqoh lan amalan sanes ingkang sampun kita rintis lan kita tindakaken wonten wulan ramadhan. Sampun ngantos ingkang kedadosan kosokwangsulipun. Sampun ngantos, karanten romadhan sampun pamit, lajeng kita wangsul kados kawontenan sakderengipun ramadhan. Ampun ngantos lajeng kita kendel/leren saking sholat jamaah, maos al-Qur’an soho sanesipun. Menawi meniko ingkang kedadosan, berarti kita mboten meningkat, ananging malah mengalami penurunan/mrosot. Mboten minal aidin wal faizin, ananging malah kagolong tiyang ingkang kapitunan/ merugi (minal khosirin).
Mangga kita angen-angen dawuh pangandikan Kanjeng Nabi Muhammad SAW:
إِذَا كَانَ اَخِرُ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ بَكَتْ السَّمَواتُ وَاْلأَرْضُ وَاْلملَائِكَةُ مُصِيْبَةً لِأُمَّةِ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم. قِيْلَ يَارسولَ اللهِ: أَيُّ مُصِيبَةٍ هِيَ؟ قاَلَ ذِهَابُ رَمَضَانَ، فإِنَّ الدَّعَواتِ فِيْهِ مُسْتَجَابَةٌ والصَّدَقَاتِ مَقْبُوْلَةٌ وَالْحَسَناتِ مُضَاعَفَةٌ وَاْلعَذَابَ مَدْفُوْعٌ
“mewawi sampun dumugi detik-detik akhir saking wulan Ramadhan, langit, bumi soho sedoyo malaikat sami nangis, kranten umat Muhammad SAW bade nampi mushibah. Poro sohabat lajeng nyuwun pirso. “musibah menopo wahai Rasululloh?” Rasululooh paring wangsulan: (musibah ) sing dimaksud yoiku dzihabu romadhon “ilange wulan ramadhan. Krono ono wulan ramadhan, kabeh doa podo kinabulan (mustajab), ganjaran shodaqoh bakal ditompo, ganjaran amal kebaikan bakal ditekel-tikelaken deneng Alloh SWT lan menungso opo dislemetke songko sikso”
Hadis meniko, paling tidak mengku kalih makna ingkang saling melengkapi. Sepisan, maksud saking dawuh “langit, bumi soho malaikat menangis kranten dzihabu ramadhan” dipun artosaken secara harfiyah/ tekstual. Artosipun, ramadhon ninggalken kita meniko estu merupakan musibah. Kranten wulan ramadhan soho pinten-pinten keberkahan, keisitemewaan dan bonus ganjaran ingkang luar biasa sampun meninggalkan kita sedoyo. Meniko estu musibah. Kapindo, lafat dzihabu ramadhan saget kita maknai/artosaken icalipun semangat ibadah ingkang sampun kita rintis wonten wulan ramadhan. Artosipun, menawi bibar ramadhan, kita lajeng kendel/leren saking sholat jamaah, kendel saking maos al-Qur’an, niki ugi kawastanan musibah. pramilo lajeng langit, bumi soho maikat sami menangis, kranten umat Nabi Muhammad SAW. nampi musibah.
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَر وَللهِ الْحَمْدُ
Jama’ah sholat Idul Fitri rahimakumullah
Ing pungkasan, mangga momen riyoyo idul fithri meniko kitho dadosaken kagem ndandosi hubungan kitho kalian Allah (hablum minalloh) kanthi soyo sregeb ngibadah soho nglajengaken semangat ibadah ingkang sampun kitho rintis wonten wulan ramadhan. Semanten ugi, kitho dadosaken momen idul fitri meniko kagem apuro ing ngapuro, memperbaiki hubungan silaturrohmi kalian tiyang sepah kekalih, sederek, tetanggi soho sanesipun, sehinggo kitho sedoyo termasuk golonganipun tiyang ingkang ‘aidin inggih meniko piyantun ingkang wangsul dateng kesucian, wusono kitho sedoyo termasuk piyantun ingkang faizin, inggih meniko piyantun ingkang bejo (beruntung). Amin ya robbal alamin.
جَعَلَنَا اللهُ وَإِيَّاكُمْ مِنَ اْلفَائِزِيْنَ اْلآمِنِيْنَ، وَأَدْخَلَنَا وَإِيَّاكُمْ فِى زُمْرَةِ عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ، فقـد قال تعـالى في كتـابه الكـريـم، أعـوذبـالله من الـشــيـطان الـرجـيم، بســم اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى، وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلىَّ، وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ
Kuthbah Tsaniyah
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهِ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَ اْلأَعْيَادَ مِنْ عَوَائِدِ اْلإِحْسَانِ وَفَوَائِدِ اْلإِمْتِنَانِ، مِنْ رَبِّ اْلمَلِكِ اْلحَنَّانِ، إِلِى عَبِادِهِ الَّذِيْنَ يَجْتَهِدُوْنَ فِى شَهْرِ رَمَضَانَ، بِالصِّيَامِ وَالتَّرَاوِيْحِ وَتِلاَوَةِ اْلقُرْآنِ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ الْوَاحِدُ اْلـمَنَّانُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدِنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّعِى إِلَى دَارِ الْجِنَانِ، وَصَلَّى اللهُ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أُوْلِى الْعِلْمِ وَاْلعِرْفَانِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أَمَّا بَعْدُ، فَيَآأَيُّهَا اْلإِخْوَانُ رَحِمَكُمُ اللهَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
وَاْعلَمُوْا يَا إِخْوَانِي رَحِمَكُمُ اللهَ أَنَّ يَوْمَكُمْ هَذَا يَوْمُ اْلعِيْدِ وَيَوْمُ اْلفَرَحِ وَالسُّرُوْرِ، فَاشْكُرُوا اللهَ تَعَالَى بِالتَّكْبِيْرِ وَالتَّهْلِيْلِ إِنَّهُ غَفُوْرٌ شَكُوْرٌ، فَقَالَ اللهَ تَعَالَى جَلَّ جَلاَلُهُ عَلِيْمًا، إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِى، يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ آَمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ، وَعَلَى آَلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ، وَتَابِعِى التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلِى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَارْحَمْنَا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ، وَاْلـمُسْلِمِيْنَ وَاْلـمُسْلِمَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَأُمَّتَنَا، وَقُضَاتَنَا وَعُلَمَاءَنَا، وَفُقَهَاءَنَا وَمَشَايِخَنَا، صَلاَحًا تَامًّا عَامًّا، وَاجْعَلْنَا هُدَاةً مُهْتَدِيْنَ
اَللَّهُمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ
اَللَّهُمَّ أَهْلِكْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ، وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِ الْمُؤْمِنِيْنَ، وَفُكَّ أَسْرَ الْمَأْسُوْرِيْنَ، وَفَرِّجْ عَنِ اْلمَكْرُوْبِيْنَ، وَاقْضِ الدَّيْنَ عَلَى اْلـمَدْيُوْنِيْنَ، وَاكْتُبِ اللَّهُمَّ السَّلاَمَةَ عَلَيْنَا، وَعَلَى الْحُجَّاجِ وَالْغُزَّاةِ وَالْمُسَافِرِيْنَ،. إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ
اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلغَلاَءَ وَالْبَلاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَاْلـمُنْكَرَ وَاْلبَغْىَ وَالسُّيُوْفَ اْلـمُخْتَلِفَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ اْلـمُسْلِمِيْنَ عَامَةً إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ
رَبَّنَا اغْفِرْلَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِى قُلُوبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آَمَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِى اْلقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشَاءِ وَاْلـمُنْكَرِ وَاْلبَغْىِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْئَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Khutbah Idul Fitri Bahasa Arab I
Khutbah I
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لَاإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ.
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَمَاتَ وَ أَحْيَى. اَلْحَمْدُ للهِ الًّذِيْ أَمَرَنَا بِالتَّقْوَى وَ نَهَانَا عَنِ اتِّبَاعِ الْهَوَى. اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ جَعَلَ لَنَا عِيْدَ الْفِطْرِ وَ اْلأَضْحَى. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ نِعْمَ الْوَكِيل وَنِعْمَ الْمَوْلَى، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَ مَنْ يُنْكِرْهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً بَعِيدًا. وَ صَلَّ اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا وَ حَبِيْبِنَا الْمُصْطَفَى، مُحَمَّدٍ نَبِيِّ الْهُدَى، الَّذِيْ لاَ يَنْطِقُ عَنْ الْهَوَى، إِنْ هُوَ إِلاَّ وَحْيٌ يُوْحَى، وَ عَلَى اَلِهِ وَ أَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدقِ وَالْوَفَا. اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِمَنْ اِتَّبَعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْجَزَا.
أَمَّا بَعْدُ: فَيَاأيُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمْ وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ. وقَالَ أَيْضاً إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ. صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، واللهُ أكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ.
أَيُّهَا الْمُسْلِمُونَ: جَاءَ الْعِيدُ وَالأُمَّةُ الإِسْلاَمِيَّةُ الْيَوْمَ أُبْتُلِيَ بِالْفِتَنِ فِي دِينِهَا وَدُنْيَاهَا، وَلَنْ يُنْجِيَهَا مِنْ هَذِهِ الْفِتَنِ إِلاَّ التَّمَسُّكُ بِدِينِهَا الَّذِي أَرَادَهُ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى لَهَا، وَأَنْ تَعْمَلَ جَاهِدَةً مِنْ أَجْلِهِ، وَهُوَ الدِّينُ الَّذِي يُطَهِّرُ الْقُلُوبَ مِنَ الشِّرْكِ وَالْبِدَعِ، وَيَنْأَى بِالْمُسْلِمِ عَنِ اقْتِرَافِ الْمَعَاصِي وَالآثَامِ، وَيَصُونُهُ مِنْ إِتْيَانِ الْمُنْكَرِ وَمُمَارَسَةِ الظُّلْمِ، وَيَمْنَعُهُ مِنَ الْكِبْرِ وَالْفِسْقِ وَالْمُرُوقِ وَالْعِصْيَانِ؛ هُوَ الدِّينُ الَّذِي يُوَحِّدُ الصُّفُوفَ، وَيَجْمَعُ الشَّتَاتَ، وَيُرَبِّي الإِنْسَانَ عَلَى مَكَارِمِ الأَخْلاَقِ، وَيُنَمِّي فِيهِ رُوحَ الإِيثَارِ وَالتَّعَاوُنِ وَالْبِرِّ وَالإِحْسَانِ؛ كَمَا قَالَ تَعَالَى: ﴿إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ * أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ﴾
أَيُّهَا الْمُسْلِمُونَ: انْظُرُوا فِي حَالِكُمْ، وَحَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ, وَاتَّقُوا اللهَ رَبَّكُمْ، وَاهْنَئُوا بِعِيدِكُمْ، وَالْزَمُوا الصَّلاَحَ وَأَصْلِحُوا؛ فَالْعِيدُ يَوْمُ فَرَحٍ وَسُرُورٍ، وَيَوْمُ ابْتِهَاجٍ وَعَفْوٍ وَإِحْسَانٍ، تَقَبَّلَ اللهُ طَاعَاتِكُمْ، وَصَالِحَ أَعْمالِكُمْ، وَضَاعَفَ لَكُمُ الأَجْرَ وَالثَّوَابَ، وَجَعَلَ عِيدَكُمْ مُبَارَكًا، وَأَيَّامَكُمْ أَيَّامَ سَعَادَةٍ وَهَنَاءٍ وَفَضْلٍ وَإِحْسَانٍ وَعَمَلٍ.
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah II
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Penutup
Itulah Kumpulan Khutbah Idul Fitri Lengkap Bahasa Arab, Indonesia, dan Jawa. yang bisa anda download dan dipelajari, semoga dengan Kumpulan Khutbah Idul Fitri Lengkap Bahasa Arab, Indonesia, dan Jawa. bisa memberikan manfaat pada kita semua. Amin
TAG:
"Keyword"
"khutbah idul fitri 2022 nu online"
"khutbah idul fitri singkat 2021"
"khutbah idul fitri 2021"
"khutbah idul fitri pdf"
"khutbah idul fitri yang membuat jamaah menangis"
"khutbah idul fitri yang membuat jamaah menangis nu"
Posting Komentar untuk "Kumpulan Khutbah Idul Fitri Lengkap Bahasa Arab, Indonesia, dan Jawa."