INTEGRASI KEILMUAN: BENARKAH ADA DIKOTOMI ILMU PENGETAHUAN DALAM ISLAM?
INTEGRASI KEILMUAN: BENARKAH ADA DIKOTOMI ILMU PENGETAHUAN DALAM ISLAM?
INTEGRASI KEILMUAN: BENARKAH ADA DIKOTOMI ILMU PENGETAHUAN DALAM ISLAM? |
Abstrak
Dikotomi ilmu adalah adanya pemisahan antara disiplin ilmu agama
dan disiplin ilmu umum, sehingga pada gilirannya melahirkan istilah baru yang
disebut dualisme pendidikan, yakni pendidikan agama dan pendidikan umum.
Pandangan dikotomis yang memisahkan antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum bertentangan
dengan konsep ajaran Islam yang memiliki ajaran integralistik. Islam
mengajarkan bahwa urusan dunia tidak terpisah dengan urusan
akhirat.Implikasinya, bila merujuk pada ajaran Islam ilmu-ilmu umum seharusnya
difahami sebgai bagian tak terpisahkan dari ilmu-ilmu agama. Oleh karenanya,
bila paham dikotomi dan ambivalen dipertahankan, output pendidikannya itu tentu
jauh dari cita-cita pendidikan Islam itu sendiri. Kaitannya dengan pendidikan,
ilmu rasional itu disebut ilmu umum yang kemudian melahirkan sekolah umum. Ilmu
non rasional disebut ilmu agama yang kemudian melahirkan bidang-bidang studi
agama.
A. Pendahuluan
Bila kembali menengok sejarah, Islam sebagai agama yang menjadikan
cikal bakal ilmu pengetahuan modern. Pernyataan tersebut dapat dibenarkan
karena Islam mempunyai kitab suci, yang di dalamnya termuat fenomena-fenomena
kemanusiaan dan kealaman yang terjadi di alam raya.
وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ
فِى الْاَرْضِ وَلَا طٰۤىِٕرٍ يَّطِيْرُ بِجَنَاحَيْهِ اِلَّآ
اُمَمٌ اَمْثَالُكُمْ ۗمَا
فَرَّطْنَا فِى الْكِتٰبِ مِنْ شَيْءٍ ثُمَّ اِلٰى رَبِّهِمْ يُحْشَرُوْنَ.
Dan tidak ada seekor binatang pun yang ada di bumi dan
burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan semuanya merupakan
umat-umat (juga) seperti kamu. Tidak ada sesuatu pun yang Kami luputkan di
dalam Kitab, kemudian kepada Tuhan mereka dikumpulkan. QS.
Al An`am 38
Dari ayat tersebut sangat jelas disebutkan, bahwa semua yang ada
dimuka bumi ini tak ada satupun yang luput dari Al Qur`an. Dalam salah satu
penjelasan ahli tafsir, mengatakan bahwa semua yang terjadi dan akan terjadi di
muka bumi ini, semua telah tertulis dalam ummul kitab.
B. Pengertian Dikotomi
Secara etimologi, Istilah dikotomi berasal dari bahasa Yunani:
διχοτομία dikotomia "membelah dua", yang terbentuk dari kata δίχα
dícha "menjadi dua, terbelah" dan kata τομή tomḗ "potongan,
sayatan". Sementara dalam KBBI disebutkan Dikotomi adalah pembagian atas
dua kelompok yang saling bertentangan. Dengan demikian Dikotomi ilmu
pengetahuan bisa diartikan sebagai pembagian ilmu pengetahuan, dalam hal ini
adalah ilmu agama dan ilmu umum, ilmu agama memuat pada ilmu yang berkaitan
dengan akhirat, sementara ilmu umum adalah ilmu yang berkaitan dengan hal – hal
duniawi.
C. Pengertian Integrasi
Integrasi adalah sebuah proses pembauran dalam sebuah interaksi
sosial. Integrasi adalah proses yang dinamis dan terstruktur. Berbagai
perbedaan yang ada bisa disatukan dengan sebuah integritas untuk mencapai
sebuah tujuan.
Integrasi adalah konsep yang diterapkan dalam banyak bidang, mulai
dari sosial, politik, budaya, hingga ekonomi. Integrasi adalah pembauran hingga
menjadi kesatuan. Integrasi dalam banyak bidang keilmuan diartikan secara kasar
sebagai suatu bentuk penyatuan elemen-elemen yang berbeda karakter dan
klasifikasinya berdasarkan konsep, paradigma, dan unit.
Integrasi adalah tindakan menyatukan komponen yang lebih kecil ke
dalam satu sistem yang berfungsi sebagai satu. Integrasi adalah proses yang
mengacu pada keterikatan individu dengan masyarakat yang lebih luas dan
biasanya diukur dalam hal peran pekerjaan, organisasi, dan komunitas.
D. Kemunculan Dikotomi Ilmu
Pengetahuan
Stagnasi yang melanda kesarjanaan muslim terjadi sejak abad XVI
hingga abad XVII M. Kondisi tersebut secara umum merupakan imbas dari kelesuan
bidang politik dan budaya masyarakat Islam saat itu cenderung melihat ke atas,
melihat gemerlapnya kejayaan abad pertengahan, sehingga lupa kenyataan yang
tengah terjadi di lapangan. Maka para sarjana Barat menyatakan, rasa kebanggaan
dan keunggulan budaya masa lampau telah membuat para sarjana Muslim tidak
menanggapi tantangan-tantangan yang dilemparkan oleh sarjana Barat. Padahal
bila tantangan tersebut ditangani secara positif dan lebih arif, dunia Muslim
dapat mengasimilasikan ilmu pengetahuan baru itu, kemudian memberi arah baru.
Penjajahan Barat atas Dunia Islam
Penjajahan Barat terhadap dunia Muslim telah dicatat para sejarawan
berlangsung sejak abad VIII hingga abad XIX M. Pada saat itu dunia Muslim benar
benar tidak berdaya di bawah kekuasaan imperialisme Barat. Dalam kondisi
seperti itu, tentu tidaklah mudah dunia Muslim menolak upaya-upaya yang
dilakukan Barat, terutama injeksi budaya dan peradaban modern Barat. Karenanya
pendidikan budaya Barat mendominasi budaya tradisional setempat yang dibangun
sejak lama, bahkan dapat dikatakan, pendidikan ilmu-ilmu Barat telah
mendominasi kurikulum pendidikan di sekolah-sekolah pada dunia Muslim. Dengan
demikian, integrasi ilmu pengetahuan tidak diupayakan apalagi dipertahankan.
Ini sebagai dampak mengalirnya gaya pemikiran sarjana Barat yang memang
berusaha memisahkan antara urusan ilmu dengan urusan agama. Bagi mereka, kajian
keilmuan harus dipisahkan dari kajian keagamaan. Sehingga di dunia Muslim juga
berkembang hal yang sama, yakni kajian ilmu dan teknologi harus terpisah dari
kajian agama. Pendekatan keilmuan seperti ini, tepatnya menjelang akhir abad
XIX M mulai mempengaruhi cabang ilmu lain terutama ilmu yang menyangkut
masyarakat, seperti ilmu sejarah, sosiologi, antropologi, ekonomi dan politik.
Modernisasi atas Dunia Muslim Faktor lain yang dianggap telah menyebabkan
munculnya dikotomi sistem pendidikan di dunia Muslim adalah modernisasi. Yang
harus disadari, modernisasi itu muncul sebagai suatu perpaduan antara dua
ideologi Barat, teknikisme dan nasionalisme. Teknikisme muncul sebagai reaksi
terhadap dogma, sedangkan nasionalisme ditemukan di Eropa dan diinjeksikan
secara paksa kepada rakyat Muslim. Perpaduan kedua paham modernisme inilah,
menurut Zianuddin, yang sangat membahayakan dibandingkan dengan tradisionalisme
yang sempit. Selain itu, penyebab dikotomi sistem pendidikan adalah diterimanya
budaya Barat secara total bersama adopsi ilmu pengetahuan dan teknologinya.
Sementara itu, Amrullah Ahmad menilai bahwa penyebab utama terjadinya dikotomi
adalah peradaban umat Islam yang tidak dapat menyajikan Islam secara kaffah.
Sebagai akibat dari dikotomi itu, lahirnya pendidikan umat Islam yang
sekularistik, rasionalistik, dan materialistik.
E. Efek Buruk Dikotomi Ilmu
Pengetahuan
Dampak Dualisme Sistem Pendidikan Ketergantungan bangsa Muslim
dalam bidang pendidikan, disadari sebagai faktor terpenting dalam membina umat,
hampir tidak dapat dihindarkan dari pengaruh Barat. Ujungnya, krisis identitas
pun tidak dapat dihindarkan melanda umat Islam. Menurut istilah AM. Saefuddin,
ketidakberdayaan umat Islam membuatnya bersifat taqiyyah. Artinya, kaum
Muslimin lebih menyembunyikan identitas islamnya, karena rasa takut dan malu.
Ternyata sikap seperti itu yang banyak melanda umat Islam di segala tingkatan
dimanapun berada, baik di infrastruktur, maupun suprastruktur. Melemahnya
orientasi sosial umat Islam ini secara tidak sadar telah memilahmilah
pengertian Islam yang kaffah ke dalam pengertian parsial dalam hakikat hidup
bermasyarakat. Islam hanya dipandang dari arti ritual saja. Sementara urusan
lain banyak didominasi dan dikendalikan oleh konsepkonsep Barat. Akibatnya,
umat Islam lebih kenal budaya Barat ketimbang budaya sendiri/Islam. Dampak umum
yang dirasakan di atas, berikut akan dipaparkan dampak negatif lain sebagai
akibat munculnya pendidikan tersebut.
F. Integrasi Ilmu Pengetahuan Dalam
Al Qur`an
Alquran diwahyukan dengan meyakinkan kepada orang yang
mempelajarinya secara obyektif dengan mengambil petunjuk dari sains modern,
suatu sifat yang khusus, yakni persesuaian yang sempurna dengan hasil sains
modern. Lebih dari itu, sudah dibuktikan bahwa Alquran mengandung pernyataan
ilmiah yang sangat modern dan tidak masuk akal jika dikatakan bahwa orang yang
hidup pada waktu Alquran diwahyukan itu sebagai pencetus-pencetusnya. Dengan
demikian, maka ilmu pengetahuan modern memungkinkan penganutnya untuk memahami
ayat-ayat tertentu dalam Alquran, yang sampai sekarang tidak atau belum dapat
ditafsirkan.
Dengan demikian, utang ilmu pengetahuan modern kepada ilmu
pengetahuan Islam (Alquran) tidak hanya terdiri atas penemuan-penemuan
teori-teori revolusioner yang mengejutkan, tetapi juga berutang dalam
memperkenalkan metode metode dan semangat memperolehnya.
Al-Qur’an adalah kitab suci yang sangat memperhatikan ilmu
pengetahuan. Jika pada saat Allah akan menciptakan Nabi Adam, Allah
membekalinya dengan ilmu pengetahuan, maka pada lima ayat pertama yang turun
pertama kali kepada Nabi Muhammad, juga berkaitan dengan ilmu pengetahuan.
Kalimat kalimat pertama yang diwahyukan kepada nabi Muhammad adalah : kata :
“iqra’ (bacalah), ‘Allama (mengajarkan), “al-Qalam”(pena, alat untuk menulis ilmu).
Sementara subyek dari ilmu pengetahuan adalah “al-Insan” atau manusia. Pada
bagian lain, Al-Qur’an sangat banyak menggunakan kosa kata yang berkaitan
dengan dunia ilmu pengetahuan seperti :”Ilmu, ma’rifah, fikr, ‘aql, tadabbur
(menghayati), nazhar (melihat dengan otak atau mata), qira’ah (membaca),
tilawah (membaca ) dan lain sebagainya. Banyaknya kosa kata yang menggunakan
atribut keilmuan mengisyaratkan akan pentingnya ilmu pengetahuan.
Al-Qur’an sangat menghargai mereka yang ber ilmu pengetahuan. Tidak
ada penyebuatan ilmu agama secara spesifik dalam al quran. banyak ayat ayat
yang mengisyarahkan tentang hal itu antara lain :
1.
Malaikat
diminta ber “sujud” kepada Nabi Adam, setelah Nabi Adam mampu mengtahui
nama nama benda, apa yang tidak diketahui oleh Malaikat.
2.
Orang
yang berilmu disertakan dengan Allah dan para Malaikat dalam hal bersaksi
tentang keesaan Allah (Ali Imran : 18).
شَهِدَ اللّٰهُ اَنَّهٗ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۙ وَالْمَلٰۤىِٕكَةُ وَاُولُوا
الْعِلْمِ قَاۤىِٕمًاۢ بِالْقِسْطِۗ
لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ الْعَزِيْزُ
الْحَكِيْمُ.
Allah
menyatakan bahwa tidak ada tuhan selain Dia; (demikian pula) para malaikat dan
orang berilmu yang menegakkan keadilan, tidak ada tuhan selain Dia, Yang
Mahaperkasa, Maha-bijaksana.
3.
Orang
yang berilmu mampu memenangkan sayembara untuk mendatangkan singgasana ratu
Balqis dari Yaman menuju Palestina dalam waktu yang sangat singkat (an-Naml :
40).
قَالَ الَّذِيْ عِنْدَهٗ عِلْمٌ مِّنَ
الْكِتٰبِ اَنَا۠ اٰتِيْكَ بِهٖ قَبْلَ اَنْ يَّرْتَدَّ اِلَيْكَ طَرْفُكَۗ فَلَمَّا
رَاٰهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهٗ قَالَ هٰذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّيْۗ لِيَبْلُوَنِيْٓ ءَاَشْكُرُ اَمْ اَكْفُرُۗ وَمَنْ
شَكَرَ فَاِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهٖۚ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ رَبِّيْ غَنِيٌّ كَرِيْمٌ.
Seorang
yang mempunyai ilmu dari Kitab berkata, “Aku akan membawa singgasana itu
kepadamu sebelum matamu berkedip.” Maka ketika dia (Sulaiman) melihat
singgasana itu terletak di hadapannya, dia pun berkata, “Ini termasuk karunia
Tuhanku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya).
Barangsiapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya
sendiri, dan barangsiapa ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha kaya, Maha
mulia.”
4.
Orang berilmu berbeda dari orang yang tidak berilmu
(az- Zumar: 9). Ayat ini tidak membedakan antara ilmu yang bersumber dari wahyu
dan yang bersumber dari akal.
اَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ اٰنَاۤءَ الَّيْلِ
سَاجِدًا وَّقَاۤىِٕمًا يَّحْذَرُ الْاٰخِرَةَ وَيَرْجُوْا رَحْمَةَ رَبِّهٖۗ قُلْ
هَلْ يَسْتَوِى الَّذِيْنَ يَعْلَمُوْنَ وَالَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ ۗ اِنَّمَا
يَتَذَكَّرُ اُولُوا الْاَلْبَابِ.
(Apakah kamu
orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah pada waktu
malam dengan sujud dan berdiri, karena takut kepada (azab) akhirat dan
mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sebenarnya hanya orang
yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran.
G. Integrasi
Ilmu Pengtahuan Dalam Hadits
Banyak sekali hadits yang menjelaskan tentang ketiadaan dikotomi
dalam ilmu pengetahuan. Salah satu contoh dalil tersebut adalah hadits yang
artinya “tuntutlah ilmu, walaupun ke negri cina”. Hadits tersebut secara jelas
memerintahkan kita untuk menuntut ilmu, tentu tidak mungkin Nabi memerintahkan
sohabat untuk belajar agama ke negri cina, karena waktu itu masih ada Nabi
Muhammad SAW yang secara langsung mengajarkan agama kepada sahabat. Tentu ada
hal lain yang harus difahami, kenapa Nabi Muhammad secara spesifik menyebutkan
negri cina.
Hadits tersebut secara bebas bisa diartikan sebagai kewajiban
setiap muslim untuk belajar ilmu pengetahuan meskipun harus menempuh jarak yang
sangat jauh.
Interpretasi hadits tersebut, Rasulullah SAW memang menyebut Cina
sebagai negeri Cina sebab jikalau itu sebagai simbol negeri yang jauh, maka
jarak Mekkah ataupun Madinah ke Negeri Cina tidaklah terlalu jauh yakni hanya
sekitar 13.200 km. Pun begitu, masih banyak terdapat negeri lain yang sudah
eksis pada saat itu yang jaraknya lebih jauh dibandingkan Cina. Ethiopia dan
Italia adalah negara-negara yang pada masa tersebut telah ada, memiliki
peradaban dan telah memiliki hubungan perdagangan dengan jazirah Arab masa itu.
Dan, terlepas dari persoalan shahih, relevansi dan kebenaran atau tidaknya
hadist tersebut, pada kenyataannya, Cina dipandang sebagai wilayah dengan
peradaban yang sangat mahsyur sedari 610 M. Hingga kini, pesatnya pertumbuhan
ekonomi Cina yang pernah mencatat pertumbuhan ekonomi dengan 2 digit selama
bertahun-tahun. Dilansir dari data situs World Bank, pertumbuhan produk
domestik bruto atau PDB meningkat hingga 10 persen per tahunnya. Hal tersebut
yang membuat Cina memiliki peran serta kontribusi besar dan sangat berpengaruh
bagi pertumbuhan dunia sejak krisis finansial masal di tahun 2008.
Dalam budaya serta etos kerja, Cina memang terkenal sebagai pekerja
keras, ulet dan sangat presisi dalam berkalkulasi. Selain Arab, peradaban Cina
terkenal sebagai pribadi yang sangat ahli dalam berdagang, mereka tidak hanya
fokus menjadi bangsa yang konsumtif tapi sudah menjadi bangsa yang produktif.
Cina tidak hanya puas mengekspor bahan mentah, namun sudah meningkat
memproduksi bahan jadi, sehingga industri manufaktur yang mengolah bahan mentah
menjadi bahan jadi tumbuh pesat. Selain itu, bukanlah rahasia jika ada stigma
bahwa Cina gemar memproduksi barang branded yang kualitasnya sama dan
mendistribusikan serta menjualnya dengan harga yang lebih murah dan jumlah yang
masif. Maka – tak khayal kini banyak konsumen yang menjatuhkan pilihannya pada
produk buatan Cina.
Selain etos kerja dan fakta tentang angka pertumbuhan ekonomi
negeri tirai bambu ini, kestabilan politik juga menjadi faktor kunci mengapa
Cina bisa mencatat pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Walaupun Cina tidak
menganut paham demokrasi dan minim kebebasan, harus diakui bahwa sistem politik
Cina menghasilkan bibit kepemimpinan yang efisien dan andal. Bisa dibayangkan
jika proyek G-20 Meeting Hall yang ada di Cina di buat di Indonesia pastilah
waktunya tidak akan bisa selesai secepat itu. Biaya yang sangat besar pasti
akan jadi sumber kritikan – terlebih masalah pembebasan lahan dan pendanaan
(bagian ini akan saya tulis secara khusus dalam artikel berikutnya). Inilah
poin-poin yang dapat kita ambil dari sebuah negeri bernama Cina. Bagi saya,
Cina deserves a lot of appreciation untuk dijadikan tempat belajar akan banyak
hal, mulai dari budaya, politik hingga ekonomi.
H. Kesimpulan
Dari penjabaran diatas, kita bisa memahami
bahwa ditelisik dari segi manapun, dalam islam tidak ada dikotomi ilmu
pengetahuan. Dalam islam, kita wajib meyakini bahwa, Al Qur`an adalah sumber
semua ilmu pengetahuan. Namun, bila dikotomi ilmu pengetahuan diartikan dengan
perbedaan ilmu pengetahuan secara umum, maka penulis merasa perlu untuk
menampilkan dikotomi ilmu menurut Imam Ghozali. Imam Ghozali mengatakan bahwa,
ilmu dibagi menjadi dua bagian. Pembagian ini berdasarkan pada hukum
menuntutnya, yang pertama ilmu fardlu ain yang kedua fardlu kifayah.
Posting Komentar untuk "INTEGRASI KEILMUAN: BENARKAH ADA DIKOTOMI ILMU PENGETAHUAN DALAM ISLAM?"